Nih Joe Hin Tjio - Penemu 23 Pasang Kromosom Manusia
Latar Belakang
Tjio lahir di Pulau Jawa pada 2 November 1919. Ia dilahirkan dari keluarga Tionghoa pada zaman pendudukan Hindia Belanda. Tjio kecil sering membantu ayahnya yang berprofesi sebagai fotografer dengan mencetak foto di dalam ruang gelap. Dia menuntut ilmu di sekolah penjajahan Belanda yang mengharuskannya untuk mempelajari bahasa Perancis, Jerman, Inggris, dan Belanda, selain bahasa nasionalnya, yaitu Indonesia. Saat melanjutkan pendidikannya di Sekolah Ilmu Pertanian, Bogor, Tjio mendalami bidang pertanian (agronomi)dan memusatkan penelitiannya pada pengembangan flora bibit unggul yang tahan terhadap penyakit.
Ketika terjadi Perang Dunia II pada tahun 1942, Tjio dipenjara selama 3 tahun oleh kolonial Jepang yang ketika itu berkuasa di Indonesia. Tjio mendekam di kamp konsentrasi dan disiksa akhir memperlihatkan sumbangan medis kepada penduduk yang membutuhkan. Setelah perang usai, beliau berlayar memakai bahtera Palang Merah yang diperuntukkan bagi pengungsi untuk berlayar ke Belanda. Negara tersebut menyediakan beasiswa untuknya di Eropa. Pada 3 bulan pertama, Tjio mendapatkan sumbangan dari kerabat teman-teman yang pernah ditolongnya di penjara dan kemudian, beliau sanggup melanjutkan pekerjaannya di bidang pemuliaan flora (plant breeding) di kota Royal Danish Academy, Copenhagen selama 6 bulan. Sejak tahun 1948-1959, Tjio mendapatkan kesempatan dari pemerintah Spanyol untuk bekerja pada agenda pengembangan flora mereka. Dia mengepalai penelitian sitogenetika di Zaragoza dan pada setiap masa liburan, Tjio pergi ke Universitas Lund, Swedia, di mana ia memulai kerjasama untuk mempelajari jaringan sel mamalia dengan Institute of Genetics yang dikepalai Albert Levan.
Di Universitas Lund inilah, Tjio bertemu dengan Inga Bjorg Arna Bildsfell, seorang ilmuwan di bidang botani dan geologi yang sedang menempuh pendidikan doktoralnya di univesitas yang sama. Pada tahun 1948, beliau menikah dengan Inga dan mempunyai seorang anak laki-laki berjulukan Yu-Hin Tjio.
Penemuan 23 pasang kromosom manusia
Pada tahun 1921, Theophilus Painter secara tidak sengaja menemukan cara untuk mengamati dan menghitung jumlah kromosom pada manusia. Dia mengamati sel testis dari dua laki-laki kulit gelap yang meminta dikebiri dengan cara menciptakan sayatan tipis dan diproses dengan larutan kimia. Setelah diamati di bawah mikroskop, Painter menemukan adanya serabut-serabut kusut yang ternyata yaitu kromosom tak berpasangan pada sel testis dan jumlahnya 24 pasang. Selama hampir 30 tahun, para ilmuwan menyakini temuan tersebut dan mereka juga melaksanakan penghitungan dengan cara lain yang juga mendapatkan hasil 24 pasang kromosom manusia.
23 pasang kromosom pria |
Teknik yang dikembangkannya untuk pengamatan kromosom pada insan merupakan salah satu temuan besar di bidang sitogenetika (cabang ilmu genetika yang mempelajari hubungan antara hereditas dengan variasi dan struktur kromosom). Tjio membantu pengembangan sitogenetika menjadi salah satu bidang penting dalam bidang medis pada tahun 1959 seiring dengan inovasi kromosom embel-embel pada penderita sindrom down yang menghasilkan. Dia memperlihatkan bahwa ada kaitan antara kromosom asing dengan penyakit tertentu.
Karier
Setelah penemuannya mengenai jumlah sempurna kromosom manusia, Tjio sering mendapatkan seruan untuk mengajar atau membawakan seminar. Pada kongres internasional mengenai genetika insan (International Human Genetics Congress) di Copenhagen tahun 1956, Tjio mendapatkan anjuran untuk pindah dan bekerja di Amerika Serikat dari Herman Muller, peraih Nobel di bidang genetika dan profesor di Universitas Indiana. Awalnya, Tjio sempat menolak sebelum pada akibatnya ia menyetujui untuk menyebarkan penelitiannya di Universitas Colorado pada tahun 1957. Beberapa ketika kemudia, beliau bergabung dengan Institut Nasional Artritis dan Laboratorium Penelitian Patologi terhadap Penyakit Metabolik di Bethesda, Maryland - Amerika Serikat. Bersama dengan Institut Kesehatan Nasional Amerika (National Institutes for Health), Tjio menyebarkan penelitiannya mengenai kromosom dan mempelajari lebih dalam kaitannya dengan leukimia dan keterbelakangan (retardasi) mental.
Pada 6 Desember 1962, Tjio mendapatkan International Prize Award winner dari yayasan Joseph P. Kennedy, Jr. yang diberikan secara eksklusif oleh Presiden AS ketika itu, John F. Kennedy untuk karyanya dalam bidang keterbelakangan mental.
Akhir hidup
Tjio pensiun pada Februari 1992, dengan status sebagai ilmuwan emeritus. Pada usianya yang ke-78 (1997), Tjio berpindah dari tempat tinggalnya di bersahabat NIH ke Asbury Methodist Village, suatu kompleks pensiunan di tempat Gaithersburg, Maryland. Hingga pada 27 November 2001, Tjio meninggal pada usia 92 tahun. (sumber: Wikipedia)
Related Posts