Nih Adi Rahman Adiwoso - Penemu Teknologi Gres Dalam Telepon Bergerak Berbasis Satelit
Adi Rahman Adiwoso |
Adi Rahman Adiwoso lahir di Yogyakarta, 26 Juli 1953. Ia mnengenyam pendidikan tinggi di Bachelor of Science dari Universitas Purdue, Amerika Serikat (1975) dan Master of Science Bidang Aeronautika dan Astronautika, Institut Teknologi California, Amerika Serikat. Ia magang di bab perakitan satelit Hughes Aircraft, salah satu kontraktor pertahanan internasional terbesar yang basisnya ada di California. Setelah 8 tahun berkerja Adi pulang ke tanah kelahirannya, Yogyakarta. Berbekal keahliannya beliau lantas menghasilkan teknologi sekaligus produk gres yang belum pernah ada di pasaran dunia. Teknologi ini memungkinkan komunikasi handphone bisa dilakukan di mana saja. Meski jaringan kabel belum menjangkau dan telepon seluler kehilangan sinyal, sistem telekomunikasi temuan ini tetap bisa.
Lama di rantau tak menghilangkan kerinduannya pada kampung halamannya. Ia menampik ajuan green card, tiket menjadi warga negara Amerika Serikat dan menentukan bekerja di negeri sendiri. Pada 1982, ia boyongan ke Jakarta. Tapi belum genap sewindu bekerja di Tanah Air, Adi menentukan pensiun dini. Kecintaannya pada alam di Tanah Air membulatkan tekadnya untuk berkelana dari Ujung Kulon sampai Maumere. Sampai suatu ketika, Iskandar meminta pendapatnya perihal rencana penjualan satelit Palapa B-1 yang sudah habis masa pakainya. Satelit ”rongsokan” itu sudah ditaksir sebuah perusahaan di Amerika seharga US$ 50,000. Mendapat gosip itu, otak bisnisnya bekerja. ”Ngapain dijual. Kita jalankan saja”, kata Adi. Maka terbentuklah PT Pasifik Satelit Nusantara (PSN) pada 1991. Modal awalnya, dari urunan Adi dan Iskandar untuk membeli Palapa B-1. Lantas titik orbit satelit digeser ke timur, sehingga bisa meliputi pulau-pulau kecil di Pasifik. Namanya berubah jadi satelit Pasifik 1. Adi pun mulai menyetir bisnis ini. Hingga berkembang, dari ”sekadar” mengoperasikan dan menyewakan Pasifik 1, PSN kemudian melangkah ke yang lebih besar jangkauannya. Bersama timnya di PSN, keahliannya di bisnis satelit dieksplorasi lebih intensif lagi dengan mendirikan ACeS pada 1994. Di situ, PSN memegang 35% saham dan menggandeng Lockheed Martin, Philippines Long Distance Global Telecommunications (PLDT) serta Jasmine International (Thailand) sebagai mitra.
Untuk mewujudkan ambisi membuat sistem telekomunikasi berbasis satelit dengan teknologi GSM (global system for mobile communication), ACeS juga masuk ke Bursa Nasdaq, New York. Dengan modal US$ 750 juta, meluncurlah Garuda 1 ke angkasa. Tak usang berselang, Byru meluncur pula ke pasar. Keberhasilan Garuda 1 membuat nama ACeS berkibar. Di Tanah Air, produk layanan PSN berkembang. Selain bermain di bisnis komunikasi satelit, PSN juga masuk ke bisnis multimedia dengan meluncurkan Multi Media Asia. Semuanya berbasis satelit. (A. Kukuh Karsadi) --- Sumber: Majalah Gatra, Edisi Khusus, Agustus 2004.
Penemuan Sistem Telekomunikasi
Ilustrasi Satelit Garuda 1 |
Peluncuran satelit sipil terbesar di dunia pada Februari 2000 itu mengejutkan operator telepon satelit dunia. Karena seluruh satelit telekomunikasi dunia diluncurkan di orbit rendah (600 – 1.000 km) dan menengah (7.000 – 10.000 km). Daya jangkau satelit-satelit itu terbatas. Agar sanggup meliput satu cuilan dunia butuh sekitar 60 satelit berorbit rendah atau 12 satelit berorbit menengah. Kelemahan lain pengoperasian sistem telekomunikasi satelit pada telepon bergerak ketika itu ialah pesawatnya yang tidak praktis. Perangkat telepon bergerak yang bisa dipakai untuk berkomunikasi via satelit ukurannya besar, sebesar ransel. Untuk mengoperasikannya juga perlu stasiun bumi, berupa antena parabola berdiameter satu meter. Terobosan yang dilakukan Adi tak hanya memperluas cakupan satelit, juga memperkecil dimensi pesawat telepon bergerak berbasis satelit ini. Dengan daya pancar 10 kw, sinyal Garuda 1 bisa diterima dengan pesawat telepon genggam yang sekaligus merupakan stasiun bumi. Jaringan telepon satelit itu diberi nama Byru.
Cara kerja telepon ini sangat bergantung pada Garuda 1, yang dikendalikan akomodasi pengontrol satelit di pulau Batam. Dikota itu juga dibangun sentra kendali jaringan (network control center – NCC), yakni pengatur arus percakapan dengan panel pengaturnya. Garuda 1 bisa melayani 22.000 pembicaraan pada ketika bersamaan. Selain itu, dibangun pula sebuah pintu gerbang (gateway) yang berfungsi sebagai operator lokal. Dengan Byru, pelanggan bisa menghubungi sesama telepon satelit, ke telepon GSM serta ke telepon rumah. Tiap undangan sambungan akan dilakukan melalui satelit. Permintaan itu dianalisis oleh NCC Batam, untuk menentukan identitas penelepon dan menentukan gateway mana yang cocok dengan tujuan panggilan. Setelah itu, undangan sambungan akan diteruskan ke telepon tujuan. Pembicaraan pun berlangsung. Semua proses itu berjalan sangat cepat, hanya dalam hitungan detik.
Untuk mewujudkan gagasan itu, Adi memang tak melakukannya sendirian. Meskipun Garuda 1 dibentuk oleh Hughes Aircraft (dimana Adi pernah bekerja), Amerika Serikat dan R190 dibentuk Ericsson, Swedia, rancangannya dibentuk sendiri oleh Adi dan timnya di PT. Pasifik Satelit Nusantara (PSN), yang didirikan Adi dan Iskandar Alisjahbana pada tahun 1991. Bersama guru besar dan mantan Rektor ITB itulah, lahir Byru dan Pasti – merek dagang sistem telepon satelit buatan PSN. Tanpa keberanian memasarkan sendiri, bisa jadi temuan telepon satelit geostationer itu cuma jadi prototipe di laboratorium. Atau menjadi barang milik perusahaan abnormal yang bisa memodali temuan tersebut. Dengan perangkat telekomunikasi PSN ini, Byru, Pasti (Pasang Telepon Sendiri) dan jasa internet Bina (Balai Informasi Nusantara), penduduk-penduduk daerah yang tak terjangkau jaringan telepon kabel dan nirkabel lainnya tetap bisa bertelepon dan menjelajah gosip lewat internet. Pada simpulan tahun 2003, PSM mengklaim telah membebaskan 2.975 desa di 40 kabupaten di Indonesia dari isolasi telekomunikasi dengan perangkatnya yang berbasis satelit.
Sumber:
- Wikipedia
- www.jaist.ac.jp
Related Posts