Nih Biografi Warsito Purwo Taruno - Penemu Alat Pembasmi Kanker
Sistem pemindai ini ibarat dengan CT Scan dan MRI untuk melihat apa yang terjadi di dalam badan manusia. Tapi, perangkat ini lebih canggih sebab pasien tak perlu masuk ke dalam tabung, ibarat MRI yang cuma menampilkan gambar dua dimensi. Gambar yang dihasilkan dari ECVT ini berbentuk tiga dimensi.
ECVT juga bisa membunuh sel-sel kanker. Warsito membuat ECVT dalam banyak sekali bentuk unik, ada yang ibarat helm, br4, dan celana, yang diubahsuaikan fungsinya untuk kanker otak, p4yudara, atau prostat.
Dr. Warsito Purwo Taruno mendirikan organisasi berjulukan Masyarakat Ilmuwan dan Teknologi Indonesia (MITI). Sejak tahun 2005, Dr. Warsito yang didaulat menjadi Ketua Umum MITI, telah membangun jaringan MITI di seluruh Indonesia dan luar negeri terutama MITI-Mahasiswa di lebih dari 50 kampus di 26 provinsi di seluruh Indonesia. Program utama yang dilancarkan MITI yaitu meningkatkan kualitas akademis dan kemampuan riset mahasiswa Indonesia dan pengembangan SDM mahasiswa Indonesia.
Biografi
Warsito Purwo Taruno lahir di Karanganyar, 15 Mei 1967. Sama ibarat anak desa pada umumnya, Warsito menghabiskan masa kanak-kanaknya dengan bermain di sawah dan memelihara ternak. Meski demikian, anak keenam dari delapan bersaudara ini termasuk siswa yang cemerlang. Dia gemar membaca buku apa saja tanpa mengenal waktu dan tempat. Kecerdasan Warsito juga tidak bisa dilepaskan dari peranan kedua orang tuanya. Sang ayah selalu mendorongnya untuk selalu maju. Sedangkan ibunya selalu memotivasi semoga melaksanakan segala sesuatu pekerjaan dengan dasar ketulusan dan ketabahan.
Setelah lulus dari Sekolah Menengan Atas Negeri 1 Karanganyar, Solo pada tahun 1986, Warsito muda melanjutkan sekolah ke Jurusan Teknik Kimia Universitas Gadjah Mada (UGM). Namun pada semester pertama sebab mendapat beasiswa, Ia melanjutkan studi Teknik Kimia di Jepang. Studi S-1, ia tempuh di Tokyo International Japanese School, Tokyo, tamat tahun 1988. Kemudian ia melanjutkan studi ke jenjang S-2 di Shizouka University jurusan Chemical Engineering, lulus tahun 1992. Masih di universitas yang sama, Warsito kemudian meraih gelar M. Eng tahun 1994 dan gelar Ph.D Electronic Science and Technology tahun 1997. Di universitas tersebut, Warsito pernah menjadi staf peneliti dan ajun dosen selama 2 tahun.
Saat menuntaskan kiprah simpulan mahasiswa S-1 di Fakultas Teknik Jurusan Teknik Kimia, Universitas Shizuoka, Jepang, tahun 1991, Dr. Warsito mulai tertarik dengan sebuah riset wacana menembus pandang sebuah objek (sekarang disebut tomografi). Ketika itu, peraih Achmad Bakrie Award 2009 ini ingin membuat teknologi yang bisa “melihat” tembus dinding reaktor yang terbuat dari baja atau obyek yang opaque (tak tembus cahaya). Dia lantas melaksanakan riset di Laboratorium of Molecular Transport di bawah bimbingan Profesor Shigeo Uchida.
Setelah menuntaskan pendidikan S-3, Dr. Warsito menghadiri sebuah konferensi di Belanda dan bertemu dengan seorang profesor dari Amerika Serikat yang kemudian mengajaknya melaksanakan riset di Amerika Serikat. Pada tahun 1999, ia hijrah ke Amerika Serikat dan bertemu dengan Professor Liang-Shih Fan dari Ohio State University (OSU). Keduanya bekerja sama di laboratorium Industrial Research Consortium milik OSU dan berbagi riset tomografi volumetrik. Di tengah kesibukan melaksanakan riset bersama 15 ilmuwan lain di OSU, Dr. Warsito meluangkan waktu menulis di sejumlah jurnal ilmiah bertaraf internasional. Tak jarang, ia juga dipercaya menjadi pembicara utama dalam sejumlah lembaga ilmuwan dunia. Sepanjang tahun 2003-2006 itu, ia mencurahkan waktu dan tenaga melaksanakan riset di Amerika Serikat dan sesekali pulang ke Indonesia.
Penemuan ECVT
Dr. Warsito kemudian berbagi Center for Tomography Research Laboratory (CTECH Labs) Edwar Technology, sentra riset dan produksi sistem tomografi 4D yang pertama di dunia, di sebuah ruko dua lantai yang berpusat di Tangerang, Banten. Lantai pertama ruko itu dijadikan warnet dan lantai ke dua yaitu labs. Di ruko inilah, Dr Warsito bersama kawan-kawannya ingin mewujudkan harapan membangun institusi riset yang tidak kalah dengan institusi riset mana pun di dunia. Dari daerah itu pulalah, lahir teknologi Electrical Capacitance Volume Tomography (ECVT). Langkah Dr. Warsito sebagai peneliti sempat goyah sebab hasil risetnya hilang tak berbekas. Komputer kerjanya hangus terbakar tersambar petir dan laptopnya pun tiba-tiba jebol. Riset bertahun-tahun untuk membuat alat pemindai empat dimensi (4D) berbasis teknologi ECVT, hilang begitu saja. Hal itu membuat Dr. Warsito menjadi stres dan bingung. Tetapi Dr. Warsito tidak mau terpuruk terlalu lama. Ia membongkar arsip dan catatan risetnya mulai dari awal. Untuk mewujudkan impiannya kembali, ia membentuk satu tim andal dari CTECH Labs.
Kerja keras Dr. Warsito jadinya menuai hasil. Pada tahun 2004, risetnya selesai tapi masih dalam bentuk prototipe. Meski begitu, temuannya segera menjadi incaran sejumlah perusahaan minyak terkemuka di Amerika Serikat dan lembaga antariksa NASA. Sebab teknologi temuan Dr. Warsito mengungguli kemampuan CT Scan dan MRI. Teknologi pemindai 4D pertama di dunia itu kemudian dipatenkan Dr. Warsito di Amerika Serikat pada lembaga paten internasional PTO/WO bernomor 60/664,026 tahun 2005 dan 60/760,529 tahun 2006.
Teknologi ECVT ciptaan Dr. Warsito itu kemudian menjadi gosip utama di mana-mana. Diantaranya, gosip yang dirilis oleh Ohio State Research News pada 27 Maret 2006 dan kemudian dikutip oleh Science Daily (Amerika Serikat), Scenta (Inggris), Chemical Online, Electronics Weekly dan hampir seluruh media pemberitaan iptek di segala bidang dari energi, kedokteran, fisika, biologi, kimia, industri, elektronik sampai nano-teknologi dan antariksa di seluruh dunia.
Pada dasarnya, ECVT atau Electrical Capacitance Volume Tomography ibarat dengan USG / CT Scan dan MRI yang banyak digunakan di dunia medis. Namun tak ibarat CT Scan dan MRI yang hanya digunakan untuk melihat apa yang terjadi di dalam badan manusia, ECVT jauh lebih canggih sebab pasien tak perlu masuk ke dalam tabung ibarat alat MRI yang cuma menampilkan gambar dua dimensi. Sistem ECVT ini terdiri dari sistem sensor, sistem data akuisisi dan perangkat komputer untuk kontrol, rekonstruksi data dan display. Dengan teknologi ini, pemindaian bisa dilakukan dari luar, tanpa menyentuh obyek bahkan obyek skala nano dan obyek yang bergerak dengan kecepatan tinggi bisa terlihat.
Dalam pengembangannya, teknologi ECVT sudah diakui bahkan digunakan lembaga antariksa Amerika (NASA), Exxon Mobil, BP Oil, Shell (perusahaan), ConocoPhillips, Dow Chemical, mistubishi Kimia termasuk Departemen Energi AS (Morgantown National Laboratory). Sedangkan di Indonesia sendiri, teknologi ini digunakan untuk pemindaian tabung gas bertekanan tinggi, ibarat kendaraan berbahan bakar gas Bus Transjakarta. Hingga ketika ini, CTECH Labs Edwar Technology masih terus berbagi teknologi tomografi volumetric untuk banyak sekali aplikasi. Meskipun masih berskala kecil, institusi yang dibangunnya memiliki reputasi tinggi di dunia dan telah bisa menjalin kolaborasi riset dengan lembaga riset dan universitas kelas dunia ibarat Ohio State University (Amerika Serikat), National Natural Science Laboratory of Japan (RIKEN, Japan), Universitas Teknologi Nanyang (Singapore) dan Universiti Kebangsaan Malaysia (Malaysia)
Penemuan Alat Pembasmi Kanker
Alat terbaru yang sedang dikembangkan Dr. Warsito dan timnya yaitu alat pembasmi kanker otak dan kanker p4yudara. Alat yang berbasis teknologi ECVT itu terdiri dari empat perangkat yakni brain activity scanner, breast activity scanner, brain cancer electro capacitive therapy, dan breast cancer electro capacitive therapy. Brain activity scanner dibentuk Dr. Warsito semenjak Juni 2010. Alat tersebut berfungsi mempelajari kegiatan otak insan secara tiga dimensi. Bentuk alat tersebut ibarat helm dengan puluhan lubang connector yang dihubungkan dengan sebuah stasiun data akuisisi yang tersambung dengan sebuah komputer. Alat itu bisa mendeteksi ada tidaknya sel kanker di otak. Dengan alat itu, dokter juga bisa melihat seberapa parah kanker otak yang diderita pasien.
Sementara itu, breast activity scanner diciptakan pada September 2011 juga berfungsi mendeteksi adanya sel kanker di tubuh. Selain dua alat tersebut, Dr. Warsito melengkapinya dengan membuat brain cancer electro capacitive therapy dan breast cancer electro capacitive therapy. Dua alat berbasis gelombang listrik statis dengan tenaga baterai itu terbukti sanggup membunuh sel kanker sampai tuntas hanya dalam waktu dua bulan.
Setelah memakai alat ini, reaksi badan pasien mengeluarkan keringat bukti alat tersebut bekerja baik. Warsito telah menunjukan keampuhan alat ciptaannya kepada abang perempuannya yang menderita kanker payudara stadium IV. Dalam waktu beberapa bulan sesudah pemakaian, hasil tes laboratorium menyatakan bahwa sang abang dinyatakan higienis dari sel kanker yang hampir merenggut nyawa itu. Untuk brain cancer electro capacitive therapy, Dr. Warsito mencoba mengenakannya kepada seorang perjaka berusia 21 tahun yang menderita penyakit kanker otak kecil (cerebellum). Kondisi perjaka itu sudah parah, lumpuh total dan tidak bisa menelan masakan atau minuman. Dalam terapi ini, Dr. Warsito bekerja sama dengan tim dokter andal radiologi dan onkologi dari sebuah rumah sakit besar di Jakarta. Setelah seminggu pemakaian alat tersebut, perjaka itu sudah bisa bangun dari daerah tidur serta menggerakkan tangan dan kaki. Setelah dua bulan pemakaian, perjaka tersebut sudah dinyatakan sembuh total.
Penemuan ECCT
ECCT (electrical capacitive cancer therapy) yaitu sebuah alat terapi kanker memakai listrik statis berdaya sangat rendah. Sumber daya nya hanya memakai dua buah baterai ukuran AA 1,5 volt (Paten Indonesia dan Internasional, 2012). System kerjanya sangat sederhana, yakni mengalirkan gelombang listrik statis untuk menghancurkan sel kanker pada ketika membelah. Aliran listrik tersebut dialirkan lewat apparel, berbentuk rompi untuk kanker p4yudara dan tenggorokan. Sedangkan untuk kanker otak berbentuk helm serta selimut untuk leukemia. Sel kanker yang telah mati kemudian dibuang melalui proses ekskresi, baik melalui keringat, urine, feses maupun gas.
Meski sudah mendapat hasil yang luar biasa, Dr. Warsito mengakui bahwa alat yang sudah digunakan oleh pasien di Indonesia, India, Malaysia, Singapura, Amerika Serikat, Eropa, China, dan Taiwan itu, masih dalam taraf penelitian yang perlu dielaborasi lebih jauh. Di sisi lain, para onkolog atau dokter andal kanker juga masih berhati-hati menyikapi temuan Dr. Warsito yang diklaim bisa menyembuhkan kanker p4yudara itu.
Sumber:
http://id.wikipedia.org/wiki/Warsito_Taruno
Sumber: http://www.dakwatuna.com/2013/10/24/41093/diprotes-asosiasi-dokter-dr-warsito-penemu-alat-pembunuh-sel-kanker-dilarang-seminar
Related Posts