Nih Bubuk ‘Ali Al-Hasan Bin Al-Haytham - Penemu Kamera Pertama Di Dunia
Kata kamera yang digunakan ketika ini berasal dari bahasa Arab, yakni qamara, Istilah itu muncul berkat kerja keras al-Haitham. Bapak fisika modern itu terlahir dengan nama al-Haitham dan dikenal jenius semenjak kecil, Ia menempuh pendidikan pertamanya di tanah kelahirannya. Beranjak remaja ia merintis kariernya sebagai pegawai pemerintah di Basrah. Namun, Al-Haitham lebih tertarik untuk menimba ilmu daripada menjadi pegawai pemerintahan. Setelah itu, ia merantau ke Ahwaz dan metropolis intelektual dunia ketika itu yakni kota Baghdad. Di kedua kota itu ia menimba bermacam-macam ilmu. Gairah keilmuannya yang tinggi membawanya mengembara sampai ke Mesir.
Al-Haitham sempat mengenyam pendidikan di Universitas al-Azhar yang didirikan Kekhalifahan Fatimiyah. Setelah itu, secara belajar sendiri berguru secara berdikari sampai menguasai bermacam-macam disiplin ilmu mirip ilmu falak, matematika, geometri, pengobatan, fisika dan filsafat. Namun secara serius dia mengkaji dan mempelajari seluk-beluk ilmu optik. Beragam teori wacana ilmu optik telah dilahirkan dan dicetuskannya. Dialah orang pertama yang menulis dan menemukan pelbagai data penting mengenai cahaya. Konon, dia telah menulis tak kurang dari 200 judul buku. Sayangnya, hanya sedikit yang tersisa. Bahkan karya monumentalnya, Kitab al-Manazhir, tidak diketahui lagi keberadaannya. Orang hanya sanggup mempelajari terjemahannya yang ditulis dalam bahasa latin.
Kamera pertama kali diciptakan oleh ilmuan Iraq yang juga seorang Muslim; ia yakni Abu ‘Ali Al-Hasan bin Al-Haytham. Ilmuan kebanyakan menyebut dengan Ibnu Al-Haytham atau Ibnu haytham atau juga Al-Hazen.
Beliau lahir di Basra, Iraq pada tahun 965 M. keahliannya pada ilmu membawa ke Mesir untuk terus mencari dan menuntut ilmu dan hasilnya singgah di Al-Azhar. Beliau juga dikenal sebagai Polymath, yaitu istilah yang diberikan kepada mereka yang menguasai aneka macam bidang ilmu.
Sejarah mencatat bahwa Al-Hazen yakni ilmuan yang menguasai aneka macam disiplin ilmu, diantaranya ialah falak, Matematika, geometri, pengobatan, Fisika dan juga filsafat. Serta disiplin ilmu optic yang membuatnya membuat kamera.
Prestasi bukan hanya sebagai pencipta kamera saja. Tapi masih banyak karya-karya ia baik berupa buku-buku atau juga barang yang banyak menunjukkan inspirasi bagi para ilmuan setelahnya.
Ilmuan yang digelari sebagai “First Scientist” membuat penemuannya yang sangat fenomenal ini pada tahun 1020 M di Al-Azhar Mesir. Dan 19 tahun sesudah penemuannya itu ia meninggal dunia di kota yang sama, Mesir pada tahu 1039 M.
Dan kata kamera atau camera juga diilhami dari inovasi Al-hazen tersebut, sebab ia sendiri yang menunjukkan nama untuk alat ciptaannya itu dengan kata “Qumroh”. Berasal dari kata “Qomar” dalam bahasa Arab yang berarti Bulan.
Karyanya ini terinspirasi oleh bulan itu sendiri. Qumroh pertama itu ialah sebuah kamar kecil yang semua sudutnya tertutup rapat tak ada cahaya sekali, hanya ada lubang kecil didepannya. Dan dengan lubang itu cahaya akan masuk kemudian menyimpan bayangan yang terbayang masuk oleh cahaya kedalam qumroh yang didalamnya sudah disediakan media untuk menyimpan bayangan tersebut.
Kaprikornus menyerupai bulan, yang ia bersinar ditengah kegelapan. Pun demikian qumroh yang gelap kemudian ada cahaya kecil yang masuk kedalamnya dan menyimpan obyek yang terbawa oleh cahaya tersebut.
Maha karya al-Haitham yang paling menumental merupakan inovasi yang sangat inspiratif yang dilakukan al-Haithan bersama Kamaluddin al-Farisi. Keduanya berhasil meneliti dan merekam fenomena kamera obscura. Penemuan itu berawal ketika keduanya mempelajari gerhana matahari. Untuk mempelajari fenomena gerhana, Al-Haitham membuat lubang kecil pada dinding yang memungkinkan gambaran matahari semi konkret diproyeksikan melalui permukaan datar.
Kajian ilmu optik berupa kamera obscura itulah yang mendasari kinerja kamera yang ketika ini digunakan umat manusia. Oleh kamus Webster, fenomena ini secara harfiah diartikan sebagai ”ruang gelap”. Dunia mengenal al-Haitham sebagai perintis di bidang optik yang populer lewat bukunya bertajuk Kitab al-Manazir (Buku optik). Untuk menandakan teori-teori dalam bukunya itu, sang fisikawan Muslim legendaris itu kemudian menyusun Al-Bayt Al-Muzlim atau lebih dikenal dengan sebutan kamera obscura, atau kamar gelap.
Banyak karya-karya dari Al-Hazen ini yang menunjukkan inspirasi dan modal dasar bagi para ilmuan setelahnya. Salah satunya yang paling masyhur ialah kitabnya yang berjulukan “Al-Manazhir”, Orang-orang barat menyebutnya dengan “The Optics”.
The Optics yang menyimpan banyak teori-teori ilmu wacana cahaya dan lensa juga penglihatan ini banyak digunakan di Universitas-Universitas Eropa dan bahkan menjadi bahan wajib di banyak kampus di negeri Eropa.
Ini juga menjadi sanggahan bagi mereka yang selalu menyangka bahwa Islam yakni agama yang mundur dan terbelakang, tidak mendukung ilmu dan sains. Tapi sejarah menyampaikan sebaliknya.
Sejarah telah menjadi saksi bahwa Islam yakni agama yang mendukung penuh majunya ilu dan teknologi. Tercatat banyak ilmuan-ilmuan yang muncul dari kalangan Muslim di aneka macam bidang Ilmu. AL-Hazen hanya salah satunya.
Setelah inovasi Fenomenal al-Haitham ini, dunia barat mulai terinspirasi dan diperkenalkan pada kala 16 M, berturut-turut ilmuwan barat terinspirasi oleh inovasi al-Haitham yaitu Cardano Geronimo (1501 -1576), yang terpengaruh ajaran al-Haitham mulai mengganti lobang bidik lensa dengan lensa (camera). Giovanni Batista della Porta (1535-1615 M). Johannes Kepler (1571 – 1630 M). Kepler meningkatkan fungsi kamera itu dengan memakai lensa negatif di belakang lensa positif, sehingga sanggup memperbesar proyeksi gambar (prinsip digunakan dalam dunia lensa foto jarak jauh modern).
Setelah itu, Robert Boyle (1627-1691 M), mulai menyusun kamera yang berbentuk kecil, tanpa kabel, jenisnya kotak kamera obscura pada 1665 M. Setelah 900 tahun dari inovasi al-Haitham pelat-pelat foto pertama kali digunakan secara permanen untuk menangkap gambar yang dihasilkan oleh kamera obscura. Foto permanen pertama diambil oleh Joseph Nicephore Niepce di Prancis pada 1827. Tahun 1855, Roger Fenton memakai plat beling negatif untuk mengambil gambar dari tentara Inggris selama Perang Crimean dan membuatkan plat-plat dalam perjalanan kamar gelapnya yang dikonversi gerbong. Kemudian pada tahun 1888, George Eastman membuatkan prinsip kerja kamera obscura ciptaan al-Hitham dengan baik sekali. Eastman membuat kamera kodak. Sejak itulah, kamera terus berubah mengikuti perkembangan teknologi.