Nih G.A. Siwabessy - Bapak Atom Indonesia

Menteri Badan Tenaga Atom Nasional dan Menteri Kesehatan Indonesia ke Nih G.A. Siwabessy - Bapak Atom Indonesia
Gerrit Augustinus Siwabessy
Menteri Badan Tenaga Atom Nasional dan Menteri Kesehatan Indonesia ke-11
Masa jabatan: 25 Juli 1966 – 17 Oktober 1967,  masa Presiden Soekarno
Masa jabatan: 17 Oktober 1967 – 29 Maret 1978, masa Presiden Soeharto

Informasi pribadi
  • Lahir:19 Agustus 1914 Ullath, Saparua, Maluku Tengah, Maluku, Hindia Belanda
  • Meninggal: 11 November 1982 Jakarta, Indonesia
  • Kebangsaan:Indonesia
Prof. Dr. Gerrit A. Siwabessy yaitu Menteri Badan Tenaga Atom Nasional dan Menteri Kesehatan Republik Indonesia pada tahun 1965 hingga 1978 pada masa pemerintahan Presiden Soekarno hingga Presiden Soeharto.


Masa kecil

Gerrit Augustinus Siwabessy lahir di Ullath, Saparua, Maluku Tengah, Maluku, 19 Agustus 1914. Ia yaitu bungsu dari empat bersaudara. Ia yaitu keturunan keluarga besar fam atau marga Siwabessy dari Ullath. Enoch Siwabessy, ayahnya yaitu seorang petani Cengkeh yang meninggal dunia ketika Gerrit gres berusia satu tahun.

Ibundanya Naatje (Baca : Nace) Manuhutu, merupakan seorang putri keluarga petani Cengkeh di kampung Haria. Naatje (Baca : Nace) Manuhutu merupakan keturunan keluarga besar fam atau marga Manuhutu yang merupakan fam pemangku jabatan raja di Haria.

Setelah meninggalnya ayahanda dari Gerrit, ibunya kemudian menikah lagi dengan seorang dari Ambon Yakub Leuwol, seorang guru sekolah dasar terpandang. Hal ini memungkinkan Gerrit menjalani pendidikan dasar dan menengah dengan baik. "Beta selalu menyertai tuan guru Leuwol yang berturut-turut ditempatkan sebagai guru di Larike, Tawiri, dan Lateri," begitu tulis Siwabessy dalam memoarnya.


Upuleru

Siwabessy kecil harus menempuh perjalanan yang cukup jauh ke sekolah. Karena itu Yonathan Siwabessy dan Obed Siwabessy, kedua kakaknya, sering bergantian menggendong abang perempuannya, Mien Siwabessy, dan Siwabessy kecil untuk menempuh perjalanan jauh ke sekolah. Begitu juga dengan keempat adik wanita dari ijab kabul kedua ibunya dengan Yakub Leuwol, yaitu Lien, Mengky, Teddy dan Enny, semuanya memperoleh pendidikan yang baik.

Pada 1931, Siwabessy berhasil menuntaskan pendidikannya di (MULO) (Meer Uitgebreid Lager Onderwijs) di kota Ambon. Kemudian Siwabessy mendapatkan beasiswa untuk meneruskan pendidikan kedokteran ke NIAS Nederlandsch Indische Artsen School, Surabaya. Siwabessy muda memang sangat menonjol dalam bidang akademik. Tetapi pendidikan tinggi bagi banyak cowok pada masa penjajahan mustahil diikuti tanpa beasiswa.

Di NIAS (Nederlandsch Indische Artsen School) Siwabessy banyak erat dengan cowok dari pelbagai suku bangsa, antara lain Ibnu Sutowo, Rubiono Kertopati, Mohammad Imam di samping sahabat-sahabatnya dari Maluku menyerupai Jan Usmany, Karel Staa, Syuurt Latupeirissa, Chris Mailoa. Pergaulannya dengan teman-teman barunya itulah yang membuka cakrawala Siwabessy ihwal Indonesia. Selain serius dalam studi, Siwabessy juga aktif dalam organisasi mahasiswa Maluku.

Di NIAS Nederlandsch Indische Artsen School inilah Siwabessy dipanggil dengan julukan Upuleru, yang dalam bahasa tana (tanah, asli) Maluku Tengah artinya “dewa” atau ”pelindung”. Sebutan ini terus digunakan oleh teman-temannya semasa usaha 1945. Itu sebabnya ketika Siwabessy menulis memoarnya yang diterbitkan oleh Gunung Agung pada 1979, disepakati judul memoar tersebut ”Upuleru”.


Jalan Terhormat

Pada selesai 1941 diberlakukan Keadaan Darurat Perang akhir perluasan Jepang ke Asia Tenggara dan Pasifik. Pemerintah Hindia Belanda tiba-tiba sangat membutuhkan tenaga-tenaga dokter. Para mahasiswa NIAS Nederlandsch Indische Artsen School yang telah lulus ujian ”Semi Arts” (setara drs. med. atau kini Sarjana Kedokteran) dan telah menuntaskan co-schaap (praktik kepaniteraan klinik) sebelum maju untuk ujian ”Arts” (dokter), dikerahkan memenuhi kebutuhan tersebut. Dengan sangat tergesa-gesa mereka diberangkatkan.

Siwabessy menerima kiprah istimewa di sentra pengeboran perusahaan minyak Belanda BPM (Bataavishe Petroleum Maatshapij), Cepu, Jawa Tengah. Di sana Siwabessy bahkan dipekerjakan sebagai seorang dokter penuh dengan kemudahan sangat memadai. Dr. Smit, administrator rumah sakit, memperlakukan Siwabessy sebagai kolega terhormat. Rupanya hal ini tidak terlalu disukai oleh Zuster den Helder, seorang Belanda berperawakan tinggi besar. Ia tidak sanggup mendapatkan bahwa seorang inlander berkulit hitam, berambut keriting dan berperawakan kecil menjadi pimpinannya. Setiap perintah Siwabessy selalu mendapatkan komentarnya hingga kesannya timbul pertengkaran terbuka. Hanya dengan perantaraan Dr Smit saja maka masalah ini sanggup diatasi. Zuster den Helder diperingatkan bahwa Siwabessy yaitu seorang dokter yang kompeten dan diakui oleh Pemerintah Hindia Belanda maupun BPM. Sejak insiden itu Siwabessy sanggup bekerja dengan tenang.

Pada Maret 1942 tentara Jepang memasuki Indonesia sehingga timbullah kekacauan. Semua orang Eropa dan para dokter yang berdinas di BPM Cepu harus mengungsi ke Surabaya. Di kota itu Siwabessy bertemu dengan Dr Sutjahyo, mitra lamanya di NIAS yang memegang kedudukan penting di Bagian Radiologi dan Bagian Paru-paru Rumah Sakit Simpang, Surabaya. Ia meminta pertolongan Siwabessy untuk memimpin penggalan radiologi. Keahlian Siwabessy pada bidang radiologi di kemudian hari juga terasah oleh para seniornya, Dr RM Notokworo dan Dr Abdul Rachman Saleh.

"Sebetulnya beta tidak terlalu tertarik pada radiologi. Semasa mahasiswa beta lebih banyak tertarik pada bidang fisika, dan lantaran hubunganku dengan dr. Latumeten, kepala Rumah Sakit Jiwa Lawang, beta tertarik pula pada bidang psikiatri (ilmu jiwa klinis). Namun demi kelangsungan hidup, beta rela bekerja dalam bidang radiologi. Dengan demikian beta masuk ke bidang yang sama sekali gres bagiku. Tidak kuduga ketika itu, bahwa keputusan yang kuambil secara terpaksa ini akan memilih jalan hidup kemudian, baik di masa krisis pada pendudukan Jepang maupun dalam masa revolusi dan masa merdeka," tulis Siwabessy dalam memoarnya "Upuleru".


Bapak Atom Indonesia

Sementara itu atas informasi Dr Aziz Saleh, Siwabessy mengetahui bahwa di Sekolah Tinggi Kedokteran Universitas Indonesia di Batavia akan diadakan ujian Arts. Siwabessy bersama beberapa rekan dari NIAS yang sudah lulus Semi Arts, segera berangkat ke Batavia. Siwabessy lulus sebagai dokter penuh pada 15 Desember 1942.

Setelah kemerdekaan RI, Siwabessy makin ulet lagi dalam kegiatan organisasi kebangsaan dan pada tahun-tahun inilah ia dipertemukan dengan banyak tokoh penting nasional.

Pada 1949 dr Leimena, menteri kesehatan RI ketika itu, merekomendasikan semoga Siwabessy melanjutkan pendidikan di bidang radiologi. Sebelumnya dr Johanes telah menawarkan kepadanya brevet (surat tanda bukti keahlian) sebagai andal radiologi. Dengan rekomendasi kedua dokter ini, Siwabessy berhasil mendapatkan beasiswa dari British Council untuk studi lanjutan di Universitas London. Termasuk study trip ke sentra radiologi dan sentra kedokteran nuklir banyak sekali kota di Inggris : Manchester, Leeds, Edinburg dan Glasgow.

Hal-hal pokok yang dipelajari meliputi radiologi, radioterapi, dan pengetahuan dasar bidang atom. Lagi-lagi Siwabessy menonjol. Baru tiga bulan mengikuti studi, ia diangkat menjadi asisten. Ini berarti, Siwabessy dibebaskan dari tugas-tugas rutin perkuliahan menyerupai mahasiswa lain pada umumnya. Bahkan diberi kepercayaan memegang sebuah bangsal di Rumah Sakit Hammersmith, London. Tak hanya itu, seorang sekretaris Inggris juga ditugaskan untuk membantu menuntaskan tugas-tugas administrasi. Suatu prestasi yang sangat luar biasa bagi seorang Asia pada ketika itu.

Pengalaman penting lainnya selama berada di Inggris, ketika Siwabessy mempelajari sistem kesejahteraan di bidang kesehatan. Ide inilah yang ia kembangkan di Indonesia dengan nama Asuransi Kesehatan (Askes) ketika menjabat Menteri Kesehatan.

Saat memperdalam bidang radiologi itu, Siwabessy banyak berkenalan dengan para andal atom dari bidang terkait, menyerupai fisika nuklir, kimia, biologi, fisika-radiasi, kimia-radiasi, biologi radiasi, dan radioterapi. Selain itu Siwabessy juga melihat bahwa pengobatan kanker di London sudah banyak memakai hasil inovasi dan penyinaran atom. Hal-hal inilah banyak memberi wawasan gres yang kelak kemudian hari diterapkan di Indonesia. Karya Siwabessy kini juga terukir di Departemen Radioterapi di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Jakarta. Sebuah rumah sakit berstandar internasional dengan peralatan sangat modern yang telah terbukti banyak menolong para penderita kanker—termasuk kaum papa sekalipun. Demikian juga pengobatan dengan tenaga nuklir yang ada di RSPAD Gatot Subroto, semuanya dirintis oleh Siwabessy.

Sekembalinya dari London, Siwabessy eksklusif dipercayai memegang banyak sekali kiprah penting, antara lain : Guru Besar Luar Biasa Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; Konsultan Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat Gatot Subroto, Jakarta; Direktur Rumah Sakit St. Carolus, Jakarta. Ia juga mendirikan Lembaga Radiologi Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

Pada 1952 Amerika Serikat berhasil meledakkan bom hidrogen pertama berkode Ivy Mike di Atol Eniwetok, Kepulauan Marshall, Samudera Pasifik. Bagian dari rangkaian percobaan bom nuklir yang sudah dimulai semenjak 1948 (berakhir 1958; total 43 percobaan) di kepulauan tersebut. Khawatir terhadap efek percobaan bom nuklir tersebut bagi Indonesia, Presiden Sukarno menunjuk Lembaga Radiologi Departemen Kesehatan yang dipimpin oleh Siwabessy untuk mengatasi masalah ini. Pada 1954, dibentuklah Panitia Penyelidikan Radioaktivitas dan Tenaga Atom yang diketuai Siwabessy dengan para anggotanya terdiri dari elemen-elemen Angkatan Darat, Angkatan Udara, Badan Metereologi, (UI), Universitas Gadjah Mada, Institut Teknologi Bandung (ITB), dan RSPAD Gatot Subroto.

Pada 1954 itu juga Siwabessy membentuk Lembaga Tenaga Atom yang berada di bawah Sekretariat Negara dan Siwabessy sebagai direkturnya. Selain itu negara juga memandang perlu semoga didirikan fakultas yang mempelajari ilmu dasar di bidang fisika, kimia dan matematika untuk menghasilkan tanaga ahli. Lagi-lagi Siwabessy ditunjuk pemerintah untuk mewujudkannya. Sebagai pendiri Fakultas Ilmu Pasti dan Ilmu Alam Universitas Indonesia, Siwabessy ditunjuk sebagai Dekan FIPIA UI pertama (1963-1965).

Tahun 1962 Presiden Sukarno meresmikan berdirinya Badan Tenaga Atom Nasional (BATAN), berada eksklusif di bawah( presiden, dan Siwabessy sebagai Direktur Jenderal BATAN pertama. Pada 1965 ia diangkat sebagai Menteri Badan Tenaga Atom Nasional.

Atas jasa-jasanya yang sangat besar dalam memajukan tenaga atom di Indonesia, menyerupai membangun reaktor nuklir dan banyak penelitian penting lainnya, Siwabessy yang yaitu juga Bapak Atom Indonesia, mendapatkan Bintang Mahaputera III pada 1976. Namanya juga diabadikan oleh negara pada sebuah reaktor nuklir terbesar di Asia Tenggara berkekuatan 30 MW yaitu Reaktor Serba Guna G.A. Siwabessy RSG GA Siwabessy]], berlokasi di Serpong, Tangerang, Jawa Barat, yang diresmikan Presiden Soeharto pada 20 Agustus 1987.


Menteri Kesehatan

Pada 1966 Siwabessy diangkat Presiden Soekarno menjadi Menteri Kesehatan. Tugas ini diembannya hingga 29 Maret 1978 semasa pemerintahan Presiden Soeharto. Selama masa jabatannya itu, Siwabessy merangkap sebagai Ketua Tim Dokter Pribadi Presiden. Pada masa itu banyak sekali jadwal yang telah Siwabessy lakukan dalam lingkup kesehatan. Mulai dari jadwal Keluarga Berencana (KB), Puskesmas, Askes, Balai Kesehatan Ibu dan Anak (BKIA), penanggulangan penyakit menular menyerupai malaria, TBC, cacingan, kolera, tifus, disentri, hingga dengan upaya penanggulangan penyakit kanker. Siwabessy sendiri tercatat sebagai salah seorang pendiri Yayasan Kanker Indonesia.

Kerja keras ini tidak terlepas dari keluwesan diplomasi Siwabessy dengan para sahabatnya yang berada di luar negeri dan juga dengan banyak sekali organisasi internasional, antara lain badan-badan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menyerupai World Health Organization, UNICEF, United Nations Development Programme(UNDP), maupun lembaga-lembaga lainnya menyerupai United States Agency for International Development (USAID) dan Medicare (menyangkut perawatan kesehatan). Siwabessy juga tercatat sebagai aktivis kerjasama di bidang kesehatan dengan Amaerika Serikat. Lembaga-lembaga yang banyak menawarkan pertolongan teknis maupun keuangan. Untuk jasa-jasanya di bidang kesehatan, Siwabessy dianugerahi Bintang Mahaputera II pada tahun 1978.


Mengabdi hingga selesai hayat

Selepas kiprah sebagai anggota kabinet, Siwabessy diminta menjadi anggota Dewan Pertimbangan Agung yang bertugas sebagai Penasehat Presiden. Kepercayaan ini dijalani semenjak 1978 hingga kesannya Siwabessy meninggal di suatu malam yang damai pada 11 November 1982, Jakarta.

27 tahun sesudah Siwabessy berpulang, Universitas Indonesia pada Juni 2009 menawarkan menamai salah satu jalan di kompleks kampus itu di Depok, Jl. Prof. Dr. G.A. Siwabessy sebagai salah satu begawan ilmu yang telah mengabdi bagi Universitas Indonesia dan Indonesia. (sumber: Wikipedia