Nih Sejarah Inovasi Semen Dari Era Ke Masa
Contoh satu zak semen |
Tahukah anda bagaimana bisa ditemuaknnya ramuan semen, siapa sepenemu semen? begini ceritanya...
Dalam perkembangan peradaban insan khususnya dalam hal bangunan, tentu kerap mendengar kisah wacana kemampuan nenek moyang merekatkan batu-batu raksasa hanya dengan mengandalkan zat putih telur, ketan atau lainnya. Alhasil, berdirilah bangunan fenomenal, menyerupai Candi Borobudur atau Candi Prambanan di Indonesia ataupun jembatan di Cina yang berdasarkan legenda memakai ketan sebagai perekat. Ataupun memakai aspal alam sebagaimana peradaban di Mahenjo Daro dan Harappa di India ataupun bangunan kuno yang dijumpai di Pulau Buton.
Benar atau tidak, cerita, legenda tadi mengatakan dikenalnya fungsi semen semenjak zaman dahulu. Sebelum mencapai bentuk menyerupai sekarang, perekat dan penguat bangunan ini awalnya merupakan hasil percampuran kerikil kapur dan bubuk vulkanis. Pertama kali ditemukan pada zaman Kerajaan Romawi, tepatnya di Pozzuoli, erat teluk Napoli, Italia. Bubuk itu lantas dinamai pozzuolana.
Baru pada masa ke-18 (ada juga sumber yang menyebut sekitar tahun 1700-an M), John Smeaton - insinyur asal Inggris - menemukan kembali ramuan kuno berguna luar biasa ini. Dia menciptakan adonan dengan memanfaatkan gabungan kerikil kapur dan tanah liat ketika membangun menara suar Eddystone di lepas pantai Cornwall, Inggris.
Ironisnya, bukan Smeaton yang kesudahannya mematenkan proses pembuatan cikal bakal semen ini. Adalah Joseph Aspdin, juga insinyur berkebangsaan Inggris, pada 1824 mengurus hak paten ramuan yang lalu ia sebut semen portland. Dinamai begitu sebab warna hasil final olahannya menyerupai tanah liat Pulau Portland, Inggris. Hasil rekayasa Aspdin inilah yang kini banyak dipajang di toko-toko bangunan.
Sebenarnya, adonan Aspdin tak beda jauh dengan Smeaton. Dia tetap mengandalkan dua materi utama, kerikil kapur (kaya akan kalsium karbonat) dan tanah lempung yang banyak mengandung silika (sejenis mineral berbentuk pasir), aluminium oksida (alumina) serta oksida besi. Bahan-bahan itu lalu dihaluskan dan dipanaskan pada suhu tinggi hingga terbentuk gabungan baru.
Selama proses pemanasan, terbentuklah gabungan padat yang mengandung zat besi. Nah, semoga tak mengeras menyerupai batu, ramuan diberi bubuk gips dan dihaluskan hingga berbentuk partikel-partikel kecil menyerupai bedak.
Lazimnya, untuk mencapai kekuatan tertentu, semen portland berkolaborasi dengan materi lain. Jika bertemu air (minus bahan-bahan lain), misalnya, memunculkan reaksi kimia yang sanggup mengubah ramuan jadi sekeras batu. Jika ditambah pasir, terciptalah perekat tembok nan kokoh. Namun untuk menciptakan pondasi bangunan, gabungan tadi biasanya masih ditambah dengan bongkahan kerikil atau kerikil, biasa disebut concrete atau beton.
Beton bisa disebut sebagai mahakarya semen yang tiada duanya di dunia. Nama asingnya, concrete - dicomot dari gabungan prefiks bahasa Latin com, yang artinya bersama-sama, dan crescere (tumbuh). Maksudnya kira-kira, kekuatan yang tumbuh sebab adanya gabungan zat tertentu. Dewasa ini, nyaris tak ada gedung pencakar langit berdiri tanpa pinjaman beton.
Meski materi bakunya sama, "dosis" semen bekerjsama bisa diubahsuaikan dengan bermacam-macam kebutuhan. Misalnya, jikalau kadar aluminanya diperbanyak, kerja sama dengan materi bangunan lainnya bisa menghasilkan materi tahan api. Ini sebab sifat alumina yang tahan terhadap suhu tinggi. Ada juga semen yang cocok buat mengecor sebab campurannya bisa mengisi pori-pori pecahan yang hendak diperkuat.
Kandungan kimia semen
- Trikalsium silikat
- Dikalsium silikat
- Trikalsium aluminat
- Tetrakalsium aluminofe
- Gipsum
Sumber: Wikipedia