Nih Francesco Redi - Penentang Teori Abiogenesis

 dan ilmuwan yang populer dengan eksperimennya yang menentang teori generasi impulsif  Nih Francesco Redi - Penentang Teori Abiogenesis
Francesco Redi

Lahir: 18 Februari 1626 Arezzo
Meninggal: 1 Maret 1697 
(umur 71) Pisa, Italia
Kebangsaan: Tuscany
Bidang: Kedokteran, entomologi,
parasitologi, linguistik
Lembaga: Florence
Alma mater: University of Pisa
Dikenal: 
Percobaan penantang generasi 
spontan
Francesco Redi (1626 -1697) yaitu seorang dokter, mahir bedah, dan ilmuwan yang populer dengan eksperimennya yang menentang teori generasi impulsif (Spontaneous Generation). Ia juga dikenal sebagai seorang penulis soneta, salah satu karyanya yang populer berjudul Bacco in Toscano (1685).

Biografi

Francesco Red lahir 18 Februari 1626 di Arezzo, Italia dari pasangan ningrat Cecelia de'Ghinci dan Gregorio Redi. Ayahnya yaitu dokter yang bekerja untuk Adipati (Grand Duke) Ferdinand II dan putranya, Casimo III. Di masa mudanya, Redi dididik oleh imam Yesuit yang ajarannya berpegangan pada filosofi Aristoteles. Setelah dewasa, Redi menempuh pendidikan kedokteran di Universitas Pisa dan juga menjadi dokter di pengadilan sesudah mendapat panggilan dari Adipati.

Setelah mengunjungi Roma, Naples, Bologna, Padua, dan Venice, Redi memulai praktik sebagai dokter di Florence. Dari tahun 1657 sampai 1667, Redi menjadi anggota dari Akademi Eksperimen (Accademia del Cimento).

Selanjutnya, beliau juga menjadi anggota aktif "Trusca", "Arcadia", membantu penyusunan kamus Tuscan, mengajar bahasa Tuscan di Florence (1666). Beberapa karya sastra yang ditulis oleh Redi selama hidupnya yaitu Letters, puji-pujian Bacco in Toscana, dan Arianna Inferma. Karya sastranya yang paling puitis, Bacco in Toscana dianggap sebagai salah satu karya sastra terbaik pada era ke-17. Mendekati simpulan hidupnya, kondisi kesehatan Redi semakin menurun sampai jadinya meninggal dunia pada 1 Maret 1967 di Pisa.

Percobaan

 dan ilmuwan yang populer dengan eksperimennya yang menentang teori generasi impulsif  Nih Francesco Redi - Penentang Teori AbiogenesisFrancesco Redi hidup di era yang penuh fatwa Aristoteles, namun pemikirannya dipengaruhi oleh teori Galileo serta Bruno dan Kepler. Ketertarikannya terhadap penelitian ilmiah terinspirasi sesudah membaca goresan pena Giuseppe Aromatari dari Assisi dan William Harvey yang membantah teori generasi impulsif (abiogenesis).

Aromatari dan Harvey mengemukakan teori yang menyatakan bahwa serangga, cacing, dan katak tumbuh dari benih atau telur yang terlalu kecil untuk dilihat. Pada masa itu, belatung dipercaya muncul dari daging anyir sesuai teori generasi sponatan yang dipengaruhi oleh fatwa Aristoteles. Redi tertarik untuk mencari tahu wacana kebenaran hal tersebut, beliau menyimpan aneka macam macam daging ke dalam tabung satu per satu dan mengamati belatung yang memakan daging anyir dan menemukan bahwa belatung tersebut berubah menjadi lalat. Sebelum belatung muncul, beliau mengamati bahwa lalat terlebih dahulu mengerumuni daging anyir tersebut dan dari sana, ditarik kesimpulan bahwa ada sesuatu yang mengakibatkan terjadi produksi belatung.

Publikasi

Pada tahun 1688, Redi mempublikasikan hasil penelitiannya yang berjudul "Percobaan pada asal permintaan serangga". Eksperimen dalam buku tersebut berhasil mematahkan teori abiogenesis (kehidupan berasal dari benda mati) dan memunculkan teori biogenesis.
Pernyataan Omne vivum ex ovo (Semua kehidupan berasal dari telur) dicetuskan menurut percobaan yang dilakukan Redi. Teori biogenesis mengemukakan bahwa kehidupan berasal dari kehidupan sebelumnya. Dalam percobaanya, beliau memakai dua wadah berisi daging, yang pertama dibiarkan terbuka, sedangkan yang lainnya ditutup. Pada wadah yang terbuka, belatung tumbuh pada daging sedangkan pada wadah lainnya tidak ada pertumbuhan belatung.
Konsep biogenesis tersebut belum sepenuhnya sanggup diterima sampai muncul percobaan yang dilakukan oleh Louis Pasteur pada tahun 1859.

Semasa hidupnya, Redi juga mematahkan kesalahpahaman dan kepercayaan wacana ular berbisa. Eksperimen yang dilakukannya mengatakan bahwa empedu ular berbisa tidak beracun, menelan sanggup atau gigi ular tidak berbahaya, namun apabila sanggup tersebut masuk melalui luka terbuka atau diinjeksikan ke bawah kulit maka akan berakibat fatal. Selain itu, redi juga menyatakan bahwa sanggup ular yaitu cairan kuning yang diproduksi oleh kelenjar pada bab kepala ular dan diinjeksikan hanya melalui dua gigi, bukan diproduksi oleh roh liar. Dia juga mematahkan mitos yang menyatakan bahwa kekuatan sanggup ular dipengaruhi oleh makanannya, ular meminum anggur, dan beberapa mitos yang salah lainnya. Namun, pemikirannya tidak sepenuhnya diterima sampai publikasi yang dilakukan oleh Felice Fontana pada tahun 1781, dimana kesimpulan Redi sanggup diterima sepenuhnya. (Wikipedia)