Nih Al-Farghani - Perintis Astronomi Modern

Al-Farghani (805-880M) atau dikenal juga sebagai Alfraganus di Barat, yakni seorang astronom Muslim dari Arab atau Persia, dan salah satu astronom yang paling populer di kurun ke-9. Kawah Alfraganus di Bulan dinamai berdasarkan namanya. Nama al-Farghani dikenal sebagai salah satu perintis astronomi modern.

Al-Farghani yakni tokoh yang memperkenalkan sejumlah istilah astronomi orisinil Arab pada dunia, menyerupai azimuth, nadir, dan zenith. Hingga sekarang Karya utama al-Farghani yang berbahasa Arab masih tersimpan baik di Oxford, Paris, Kairo, dan di perpustakaan Universitas Princeton.


Biografi

Al-Farghani berasal dari Farghana, Transoxania. Farghana yakni sebuah kota di tepi sungai Sardaria, Uzbekistan. Ia hidup di masa pemerintahan khalifah al-Ma'mun (813-833) sampai masa ajal al-Mutawakkil (847-881). Al-Farghani sangat beruntung hidup di dua masa tersebut alasannya pemerintah kekhalifahan memberi derma penuh bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Buktinya, sang khalifah membangun sebuah forum kajian yang disebut Akademi al-Ma'mun, dan mengajak al-Farghani untuk bergabung. Bersama para hebat astronomi lain, ia diberi kesempatan memakai peralatan kerja yang sangat canggih pada masa itu. Ia memanfaatkan akomodasi yang ada untuk mengetahui ukuran bumi, meneropong bintang, dan menerbitkan laporan ilmiah. Pada tahun 829, al-Farghani melaksanakan penelitian di sebuah observatorium yang didirikan oleh khalifah al-Ma'mun di Baghdad. Ia ingin mengetahui diameter bumi, jarak, dan diameter planet lainnya. Pada akhirnya, ia berhasil menuntaskan penelitian tersebut dengan baik.


Astronomi

Al-Farghani juga termasuk orang yang turut memperindah Darul Hikmah al-Ma'mun dan mengambil bab dalam proyek pengukuran derajat garis lintang bumi. Al-Farghani juga berhasil menjabarkan jarak dan diameter beberapa planet. Pada masa itu, hal tersebut merupakan pencapaian yang sangat luar biasa.

al-Farghani menuliskan seluruh hasil penelitiannya di bidang astronomi dalam banyak sekali buku. Salah satu karya utamanya yang berisi kajian bintang-bintang yakni "Harakat as-Samawiyya wa Jawami Ilm an-Nujum" (Asas-Asas Ilmu Bintang). Sebelum masa Regiomontanus, Harakat as-Samawiyya wa Jawami Ilm an-Nujum yakni salah satu buku yang sangat besar lengan berkuasa bagi perkembangan astronomi di Eropa.

Buku yang ditulisnya tersebut, al-Farghani mengadopsi sejumlah teori Ptolemaeus, tapi ia mengembangkanya lebih lanjut sampai membentuk teorinya sendiri. Tak heran, Harakat a-Samawiyya wa Jawami Ilm an-Nujum mendapatkan respon yang kasatmata dari para ilmuwan muslim dan non muslim. Buku ini pun diterjemahkan dalam banyak sekali bahasa. Harakat as-Samawiyya wa Jawami Ilm an-Nujum yang diterjemahkan dalam bahasa Inggris mengalami perubahan judul menjadi The Elements of Astronomy. Pada kurun XII, buku ini diterjemahkan pula dalam dua versi bahasa Latin. Salah satunya diterjemahkan oleh John Seville pada tahun 1135, sebelum lalu direvisi oleh Regiomontanus pada tahun 1460-an. Sebelum tahun 1175, karya ini juga sempat diterjemahkan oleh Gerard Ceremona.

Selanjutnya, Dante melengkapi karya al-Farghani ini dengan menambahkan pendapatnya wacana astronomi dan memasukkan karyanya yang berjudul La Vita Nuova. Seorang ilmuwan Yahudi yang berjulukan Jacob Anatoli juga menerjemahkan karya ini dalam bahasa Yahudi, dan menjadi terjemahan latin versi ketiga (1590). Pada tahun 1669, Jacob Golius menerbitkan teks Latin yang baru. Bersamaan dengan itu, sejumlah ringkasan karya al-Farghani telah beredar di kalangan para ilmuwan. Di lalu hari, The Elements of Astronomy diakui sebagai sebuah karya yang sangat besar lengan berkuasa bagi para ilmuwan masa itu.


Bidang teknik

 atau dikenal juga sebagai Alfraganus di Barat Nih Al-Farghani - Perintis Astronomi Modern
Poros pengukur dari Nilometer pada Rhoda Island,
Kairo, Mesir
Seorang ilmuwan yang berjulukan Ibnu Tughri Birdi berkata bahwa al-Farghani pernah ikut melaksanakan pengawasan pada proyek pembangunan Great Nilometer di Kairo Lama (861). Nilometer yakni sebuah alat pengukur pasang-surut air sungai Nil. Alat ini dibangun di pulau Roda, sebuah pulau yang terletak di sebelah selatan Kairo. Nilometer berbentuk tiang yang bisa mencatat ketinggian air. Bangunan tersebut berhasil diselesaikan bersamaan dengan meninggalnya khalifah al-Mutawwakil, sang pelopor pembagunan Nilometer.

Al-Farghani juga pernah ditugaskan melaksanakan pengawasan pada sebuah proyek penggalian saluran di kota baru, al-Ja'fariyya, yang terletak berdekatan dengan Samaran di tempat Tigris. Proyek tersebut berjulukan Kanal al-Ja'fari. Saat itu, al-Farghani memerintahkan para pekerja untuk menciptakan bab hulu saluran lebih dalam dari pada bab yang lain. Dengan begitu, tidak akan ada air yang mengaliri saluran tersebut, kecuali jikalau permukaan air sungai Tigris sedang pasang. Kebijakan al-Farghani ini sempat menciptakan khalifah marah, namun hitungan al-Farghani lalu dibenarkan oleh seorang pakar teknik yang berpengaruh, Sind bin Ali. Akhirnya, sang khalifah mau mendapatkan kebijakan tersebut.

Selain itu dalam bidang teknik, al-Farghani juga menciptakan karya dalam bentuk buku, yaitu Kitab al-Fusul, Ikhtiyar al-Majisti, dan Kitab 'Amal al-Rukhamat. (Referensi: "Biografi Al-Farghani: Perintis Astronomi Modern")