Nih Debu Al-Qasim Salmah Bin Ahmad Al-Majriti
Al-Majriti lahir pada tahun 950 di kota Madrid, Spanyol. Ia dikenal sebagai pakar matematika andalusia. Ia menulis banyak buku wacana ilmu matematika dan teknik. Ia mencoba menggabungkan matematika, teknik, dan astronomi dalam sebuah buku yang membahas wacana alat pengukur ketinggian benda langit yang berjudul Astrolabe.
Astronomi
Selain pakar matematika, al-Majriti mempunyai ketertarikan yang luar biasa pada ilmu perbintangan. Al-Majriti beropini bahwa ilmu astronomi akan menciptakan insan memahami peredaran planet dan bintang. Sehubungan dengan itu, al-Majriti banyak melaksanakan penelitian dan pengamatan terhadap benda-benda langit. Seperti ilmuwan lain pada masa itu, al-Majriti juga tertarik mempelajari beberapa buku karangan para ilmuwan sebelumnya, termasuk ilmuwan Yunani.
Setelah melaksanakan sejumlah penetilian, al-Majriti mengkaji buku Almagest karya Ptolomeus yang sudah diterjemahkan dalam bahasa Arab. Ia kemudian memberi komentar dan klarifikasi terhadap buku tersebut. Beliau juga memperlihatkan sejumlah koreksi terhadap naskah perbintangan Yunani itu. Selainal-Majriti juga mempunyai keahlian dan kemampuan menciptakan kegiatan waktu dan perbintangan. Adapun perhitungan yang dikaji al-Majriti dengan kegiatan waktu sholat, tahun gres Islam, awal bulan Ramadhan, dan lain-lain.
Koreksi terhadap karya ilmuwan lain
Prestasi al-Majriti dalam ilmu astronomi yaitu ia mengoreksi kalender buatan al-Khwarizmi. Al-Majriti menerapkan perhitungan matematika untuk melaksanakan pengamatan bintang dan mengenalkan table astronomi yg di buat cedekiawan Muslim yg berjulukan Al-Khawarizmi kedunia pengetahuan Barat Kristen.
Al-Majriti menulis sebuah risalah matematika yg berjudul Al-Mutamalat dalam risalah ini, ia menjelaskan mengenai penerapan matematika dalam penjualan dan pejaka, penggunaan al-jabar, operasi dan geometri dan ilmu hitung.
Keahliannya dalam bidang astronomi menuntun Al-Majriti menuliskan risalah pada bidang itu. Risalah diterjemahkan ke dalam bahasa Latin oleh Joan Hispalensis dan john dari Savilla. Ia pun menulis sebuah komentar wacana Planisphaerium Ptolemeus.
Rudolp dari Beruges, kemudian menerjemahkan karya Al-Majriti tersebut. Pada 979 Masehi, Al-Majriti melaksanakan observasi astronomi. Melalui hasil observasinya itu, ia melaksanakan revisi table astronomi yg sebelumnya di buat oleh AL-Khawarizmi.
Al-Majriti mengedit dan mengoreksi table itu, dan diubahsuaikan kembali dengan tahun Hijriyah. Ia sempat pula mengenalkan trigonometri, terutama penggunaan sinus dan tangent. Selain itu, ia menciptakan ringkasan karya ilmuwan ternama lainnya, Al-Battani, yg berjudul ziij.
Bidang pendidikan
Meskipun namanya dikenal sebagai seorang astronom, tapi al-Majriti juga mempelajari sejarah klasik, arkeologi, dan kehidupan sosial masyarakat. Ia tertarik meneliti problem masyarakat disekitarnya. Sebagai bentuk kepeduliannya dibidang pendidikan, al-Majriti membangun sebuah sekolah besar, yang kemudian menjadi sentra keilmuwan. Salah Satu Murid sekolah tersebut yaitu al-Zahrawi yang berprofesi sebagai hebat bedah di arab. Al-Zahrawi menerima dukungan berupa sejumlah alat kedokteran dari al-Majriti. Selain al-Zahrawi, al-Majriti juga mempunyai sejumlah murid yang hebat, ibarat Ibnu Khaldun. Al-Majriti yaitu seorang ilmuwan yang sangat mendukung para intelektual muda mempelajari ilmu modern demi kemajuan sesama manusia.
Ekologi
Selain bidang pendidikan, bidang lain yang juga menarik perhatian al-Majriti yaitu ekologi atau ilmu wacana lingkungan. Al-Majriti sangat peduli terhadap alam semesta dan kelestariannya. Ia mempelajari keanekaragaman makhluk hidup dan menulis buku wacana lingkungan hidup.
Kimia
Al-Majriti juga mengkaji ilmu kimia. Salah satu karyanya di bidang ini yaitu Rutbatul Hkm fil Kimiyya. Buku tersebut menjadi acuan paling penting wacana sejarah kimia Andalusia. Tulisan lainnya yaitu Ghayatul Hakim fis Simiyya, yang kemudian diterjemahkan dalam bahasa Latin pada kurun XIII dan eksklusif populer di Eropa. Para ilmuwan Arab dan Eropa menyebut kehebatan al-Majriti sejajar dengan al-Razi dan Ibnu Sina. Namun, masing-masing mempunyai kemampuan khusus sendiri. Di kemudian hari, sebuah buku berjudul at-Tashrif bin Matsabatil Mausu'atil Ilmiyyah dijadikan tolok ukur kesuksesan al-Majriti. Setelah mendedikasikan diri di dunia ilmu pengetahuan selama bertahun-tahun.
Al-Majriti meninggal dunia pada tahun 1007 (397 H). (Sumber: wikipedia.org)