Nih Sejarah Inovasi Teknologi Panel Surya

Pembangkit listrik tenaga surya yakni pembangkit listrik yang mengubah energi surya menja Nih Sejarah inovasi Teknologi Panel Surya
Pembangkit listrik tenaga surya yakni pembangkit listrik yang mengubah energi surya menjadi energi listrik. Pembangkitan listrik bisa dilakukan dengan dua cara, yaitu secara pribadi menggunakan fotovoltaik dan secara tidak pribadi dengan pemusatan energi surya. Fotovoltaik mengubah secara pribadi energi cahaya menjadi listrik menggunakan efek fotoelektrik. Pemusatan energi surya menggunakan sistem lensa atau cermin dikombinasikan dengan sistem pelacak untuk memfokuskan energi matahari ke satu titik untuk menggerakan mesin kalor.

Menurut bahasa, kata Photovoltaic berasal dari bahasa Yunani photos yang berarti cahaya dan volta yang merupakan nama jago fisika dari Italia yang menemukan tegangan listrik. Secara sederhana sanggup diartikan sebagai listrik dari cahaya. Photovoltaic merupakan sebuah proses untuk mengubah energi cahaya menjadi energi listrik. 


Penemu Efek photovoltaic

Efek photovoltaic pertama kali berhasil diidentifikasi oleh spesialis Fisika berkebangsaan Prancis Alexandre Edmond Becquerel pada tahun 1839. Baru pada tahun 1876, William Grylls Adams bersama muridnya, Richard Evans Day menemukan bahwa material padat selenium sanggup menghasilkan listrik ketika terkena paparan sinar.

Dari percobaan tersebut, meskipun bisa dibilang gagal alasannya yakni selenium belum bisa mengonversi listrik dalam jumlah yang diinginkan, namun hal itu bisa mengambarkan bahwa listrik bisa dihasilkan dari material padat tanpa harus ada pemanasan ataupun bab yang bergerak.

Tahun 1883, Charles Fritz mencoba melaksanakan penelitian dengan melapisi semikonduktor selenium dengan lapisan emas yang sangat tipis. Photovoltaic yang dibuatnya menghasilkan efisiensi kurang dari 1 %. Perkembangan berikutnya yang berafiliasi dengan ini yakni inovasi Albert Einstein wacana efek fotolistrik pada tahun 1904. Tahun 1927, photovoltaic dengan tipe yang gres dirancang menggunakan tembaga dan semikonduktor copper oxide. Namun kombinasi ini juga hanya bisa menghasilkan efisiensi kurang dari 1 %.

Pada tahun 1941, seorang peneliti berjulukan Russel Ohl berhasil membuatkan teknologi sel surya dan dikenal sebagai orang pertama yang menciptakan paten peranti solar cell modern. Bahan yang dipakai yakni silicon dan bisa menghasilkan efisiensi berkisar 4%.

Pada tahun 1954, Bell Laboratories berhasil mengembangkannya solar cell hingga mencapai efisiensi 6% dan alhasil 11%. 5 Pada tengah hari yang cerah radiasi sinar matahari bisa mencapai 1000 watt permeter persegi. Jika sebuah piranti semikonduktor seluas satu meter persegi mempunyai efisiensi 10 persen, maka modul sel surya ini bisa memperlihatkan tenaga listrik sebesar 100 watt.

Sampai dikala ini modul sel surya komersial mempunyai efisiensi berkisar antara 5 sampai 15 persen tergantung material penyusunnya. Tipe silikon kristal merupakan jenis piranti sel surya yang mempunyai efisiensi tinggi meskipun biaya pembuatannya relatif lebih mahal dibandingkan jenis sel surya lainnya. Tipe modul sel surya inilah yang banyak beredar di pasaran. Sebenarnya ada produk sel surya yang efisiensinya bisa mencapai 40%, namun belum dijual secara masal. Prestasi ini dicapai oleh DoE yang sudah mengembangkannya semenjak awal tahun 1980.


Pengembangan berikutnya

DoE memulai penelitian yang dikenal dengan “multi-junction gallium arsenide-based solar cell devices,” solar sel multilayer yang sanggup mengonversi 16 persen energi menjadi listrik.

Pada tahun 1994, laboratorium energi terbarukan (National Renewable Energy laboratory) milik DoE berhasil memecahkan rekor efisiensi 30 persen yang sangat menarik minat bagi dunia industri angkasa luar untuk memanfaatkannya. Hampir semua satelit dikala ini memanfaatkan teknologi multi-junction cells. Pencapaian efisiensi sampai 40% tersebut dilakukan dengan mengkonsentrasikan cahaya matahari. Teknologi ini menggunakan konsentrator optik yang bisa meningkatkan intensitas cahaya matahari sehingga konversi listriknya pun juga meningkat.

Sedangkan pada umumnya teknologi sel surya hanya mengandalkan cahaya matahari alami atau dikenal dengan “one sun insolation” yang hanya bisa menghasilkan efisiensi 12 sampai 18 persen. Boeing-Spectrolab menggunakan struktur yang berjulukan multi-junction solar cell. Struktur ini bisa menangkap spectrum sinar matahari lebih banyak dan mengubahnya menjadi energi listrik. Sel individunya dibentuk dalam beberapa lapis dan setiap lapisan bisa menangkap cahaya yang melewati sel.

Di Indonesia, PLTS terbesar pertama dengan kapasitas 2×1 MW terletak di Pulau Bali, tepatnya di dearah Karangasem dan Bangli. Pemerintah mempersilakan siapa saja untuk menggandakan dan membuatnya di tempat lain alasannya yakni PLTS ini bersifat opensource atau tidak didaftarkan dalam hak cipta.


Sumber: https://sejarahteknologi.wordpress.com/2013/09/17/sejarah-teknologi-panel-surya/