Nih Nurtanio Pringgoadisuryo - Perintis Industri Penerbangan Indonesia
Cita-cita dan harapan serta kecintaannnya akan dunia kedirgantaraan sudah beliau awali semenjak masa Hindia Belanda. Nurtanio pada ketika itu berlangganan majalah kedirgintaraan Vliegwereld, dan menekuni problem aerodinamika dan aeromodelling. Pada masa itu, Nurtanio sering mengadakan surat menyurat dan korespondensi dengan sesama pencinta Aeromodelling pada zaman Hindia Belanda. Diantaranya yaitu Wiweko Soepono yang ketika itu sudah mendirikan perkumpulan pencinta Aeromodelling serta berlangganan majalah Vliegwereld.
Nurtario gugur pada suatu kecelakaan pesawat terbang pada tanggal 21 Maret 1966, ketika menerbangkan pesawat Aero 45 atau Arev yang bahwasanya buatan Cekoslowakia, yang telah dimodifikasi dengan memberi tangki materi bakar ekstra. Pesawat ini bahwasanya akan dipakai untuk penerbangan keliling dunia, dan Nurtanio mengalami kecelakaan ketika kerusakan mesin, beliau berusaha untuk mendarat darurat di lapangan Tegallega, Bandung namun gagal alasannya yaitu pesawatnya menabrak toko.
Namun sejarah lalu mencatat bagaimana sehabis gugur Nurtanio tertimpa aib. LIPNUR diubah menjadi IPTN. Nama Nurtanio dihapus. Alasan menghapus nama Nurtanio yang disampaikan secara resmi, sangat sepele. Tuduhannya, adanya surat eksklusif dengan kop perusahaan sehingga keluarga Nurtanio difitnah akan mempunyai saham IPTN. Isu itu kemudian, yang sangat disayangkan, dibesar-besarkan bahkan didramatisasi.
Cita-citanya besar, keliling dunia dengan pesawat terbang buatan bangsanya. Untuk itu, disiapkanya pesawat Arev (Api Revolusi), dari bekas rongsokan Super Aero buatan Cekoslowakia yang tergeletak di Kemayoran. Karena dedikasinya yang tinggi, sehabis Nurtanio gugur dalam penerbangan uji coba Arev, namanya diabadikan menjadi Industri Pesawat Terbang Nurtanio (sekarang IPT-Nusantara/IPTN/PT Dirgantara Indonesia). (wikipedia)