Nih Mulyoto Pangestu - Penemu Teknik Pengeringan Dan Pembekuan Sperma
Mulyoto Pangestu. [sumber: www.youtube.com] |
Pendidikan dan karier
Masa Taman Kanak-kanak hingga Sekolah Menengan Atas dihabiskan di Tegal. Mulyoto Pangestu yaitu alumnus Sekolah Menengan Atas Negeri 1 Tegal, Fakultas Peternakan di Universitas Jenderal Soedirman Purwekerto, kemudian melanjutkan pendidikan di School of Agricultural & Forestry di University of Melbourne dan meraih gelar magister dan doktoralnya di Monash University, Australia. Ia yaitu staf pengajar di Laboratorium Fisiologi dan Reproduksi UNSOED, Dr. Mulyoto juga diminta untuk membantu mengajar di Departemen Obstetri & Ginekologi Monash University serta sejumlah universitas lain di Indonesia, ibarat Universitas Diponegoro, UNPAD dan UGM. Selain itu, ia juga dikenal melalui penelitian kolaboratifnya di bidang fertilitas dan teknologi reproduksi bersama Universitas Indonesia, Universitas Airlangga, Universitas Udayana dan University of Melbourne.
Sebelumnya Mulyoto tertarik dengan reproduksin hewan, namun sehabis memasuku S2 ia lebih tertarik dengan reproduksi manusia.
Penemuan Teknik Pembekuan Sperma
Peralatan cold storage untuk menyimpan materi organis biasanya membutuhkan nitrogen cair sebagai materi pendingin (coolant). Selain tangkinya mahal dan makan tempat, nitrogen cair sangat berbahaya. Sebab, supaya tetap cair, nitrogen jenis ini harus disimpan di bawah suhu minus 196 derajat Celcius.
Inovasi Mulyoto dianggap suatu terobosan spektakuler sebab ia telah menemukan cara yang efisien untuk menyimpan sperma memakai materi umum ibarat sedotan plastik dan kantong aluminium foil. Dengan biaya 25 sen AS, metode ini sanggup menggantikan penggunaan berisiko dan tidak efisien dari nitrogen cair untuk mempertahankan sperma. Pencapaian ini telah mengakibatkan karir Mulyoto menanjak baik di Australia, termasuk menjadi dosen di Monash University.
Ini yang menciptakan Mulyoto mengalahkan ratusan pesaingnya dari banyak sekali negara Asia Pasifik materi yang dipakainya amat murah, hanya sekitar Rp 2.500,-. Bahan yang digunakan yaitu dua lapis tabung plastik mini (ukuran 0,250 ml dan 0,500 ml) yang disegel dengan panas (heat-sealed), kemudian dibungkus lagi dengan aluminium foil. Kandidat doktor biologi dari Universitas Monash ini menyebut proses pengeringan sperma yang ditemukannya sebagai pengeringan evaporatif (evaporative drying).
Setelah melihat beberapa penelitian lainnya dan hasil studi literatur, akibatnya Mulyoto dan supervisornya, Dr. Jillian Shaw, menyimpulkan bahwa sperma sanggup disimpan pada suatu kondisi yang kering dan bebas oksigen. Hasil inovasi Mulyoto yaitu kemasan penyimpanan sperma kering dan beku yang tidak membutuhkan penanganan khusus dan hasilnya sanggup tetap digunakan walaupun telah disimpan bertahun-tahun.
Memang, sperma binatang yang telah dikeringkan Mulyoto dengan cara ini tidak bisa bergerak lagi (immotile), dan menurut investigasi memakai materi pewarna, diketahui bahwa sperma itu "mati". Agar bisa membuahi sel telur, sel sperma harus disuntikkan ke dalam sel telur. Teknik ini dikenal dengan nama Intracytoplasmic Sperm Injection (ICSI) dan sudah banyak digunakan pada pembuatan bayi tabung manusia. Mulyoto sendiri sama sekali tidak mencobakan metodenya untuk sperma insan sebab ethics permit yang dimilikinya hanyalah untuk hewan. Sperma yang sudah dikeringkannya berasal dari mencit (mice), marmoset (sejenis kera), dan juga wombat (binatang orisinil Australia). Temuan Mulyoto sekarang sedang dalam proses dipatenkan di Australia. Paten temuan Mulyoto menjadi milik Universitas Monash, namun ia masih akan tercatat sebagai penemunya.
Penghargaan
Pengeringan sperma atau penyimpanan sperma pada suhu ruang, sesungguhnya sudah dilaporkan semenjak tahun 1970-an. Namun, laporan-laporan tersebut masih terbatas informasinya. Baru pada Juli 1998, Wakayama dan Yanagimachi dari Universitas Hawaii mempublikasikan hasil inovasi mereka pada jurnal Nature Biotechnology, berupa kelahiran anak mencit hasil pembuahan memakai sperma kering dan beku (freeze-dried sperm).
Riset Mulyoto Pangestu perihal upaya pembekuan sperma binatang dengan cara sederhana dan murah telah mengantarnya meraih penghargaan tertinggi (Gold Award) dalam kompetisi Young Inventors Awards, yang diadakan majalah The Far Eastern Economic Review (FEER) dan Hewlett Packard Asia Pasifik.
Penelitiannya perihal pelestarian sperma menciptakan Mulyanto Pangestu memenangkan penghargaan emas sebagai Penemu Award pada tahun 2000, dan menempatkan namanya di daftar peneliti terkemuka internasional.
Penemuan Mulyoto sangat berkhasiat bagi para ilmuwan dan dokter di negara sedang berkembang yang kekurangan biaya untuk mengadakan peralatan pendingin.
Penutup
Saat ini Mulyoto Pangestu sedang menyebarkan metode yang efisien untuk Thawing atau pencairan kembali embrio yang pernah dibekukan/dikeringkan. (berbagai sumber)