Nih Sejarah Inovasi Platina / Platinum
Antonio de Ulloa |
Platina yakni anggota unsur golongan platina dan unsur dalam golongan 10 pada tabel periodik. Ia mempunyai enam isotop alami. Logam ini yakni salah satu unsur langka di kerak bumi dengan kelimpahan rata-rata sekitar 5 μg/kg. Ia terdapat dalam beberapa bijih nikel dan tembaga bersama dengan beberapa deposit alami, sebagian besar di Afrika Selatan, yang menyumbang 80% dari produksi dunia. Karena kelangkaan dalam kerak bumi, hanya beberapa ratus ton yang diproduksi setiap tahun, dan menawarkan manfaat penting, logam ini menjadi sangat berharga dan merupakan komoditas logam mulia[n 1] utama.
Platina yakni logam yang paling kurang reaktif. Daya tahannya yang mengagumkan terhadap korosi, bahkan pada suhu tinggi, membuatnya dinobatkan sebagai logam mulia. Konsekuensinya, platina sering ditemukan sebagai unsur platina alami. Oleh lantaran ia terdapat secara alami dalam pasir aluvium di banyak sekali sungai, maka ia dipakai pertama kali oleh penduduk orisinil Amerika Selatan pra-Kolombia untuk menciptakan artefak. Tulisan Eropa merujuk pada era ke-16, tetapi laporan Antonio de Ulloa yang mempublikasikan logam gres di Kolombia pada tahun 1748 menjadi obyek penelitian para ilmuwan.
Platina dipakai dalam pengubah katalitik, peralatan laboratorium, kontak listrik dan elektrode, termometer resistensi platina, peralatan kedokteran gigi, dan perhiasan. Oleh lantaran termasuk logam berat, platina mempunyai problem kesehatan jikalau terpapar garamnya, namun lantaran ketahanannya terhadap korosi, platina tidak beracun menyerupai beberapa logam lainnya. Senyawa yang mengandung platina, menyerupai sisplatin, oksaliplatin dan karboplatin, dipakai dalam kemoterapi untuk melawan kanker jenis tertentu.
Penggunaan awal
Sejarah platina dimulai dengan orang Mesir hampir tiga ribu tahun yang lalu. Periset telah menemukan beberapa barang pelengkap dan artefak kecil yang mengandung platinum. Salah satu item ini yakni kotak kecil atau peti mati yang berafiliasi dengan era ke 7 SM. Peti mati ditemukan di Thebes di Mesir Atas dan dihiasi dengan hieroglif emas dan perak dengan nama Shepenupet II. Shepenupet II yakni seorang putri Mesir dari Dinasti ke-25 dan Adikatrice Ilahi dari Amun. Adoratrice Ilahi yakni seorang imam besar di bait suci tuhan Amun. Pemegang gelar ini mengelola kiprah dan domain bait suci yang luas.
Ketika jago kimia Prancis populer Marcellin Berthelot menilik peti mati tersebut pada tahun 1901, beliau memutuskan bahwa salah satu logam berwarna perak yang dipakai untuk menghias kotak itu bahu-membahu yakni platinum orisinil yang dicampur dengan sejumlah kecil emas dan iridium. Berthelot percaya bahwa penggunaan platinum oleh orang Mesir tidak disengaja tapi tidak disengaja, lantaran platinum yakni komponen alami dari bijih yang diimpor dari Nubia.
Para arkeolog telah menemukan jejak platina dalam emas yang dipakai dalam makam Mesir kuno dan aksara hieroglif berkalender awal 1200 SM. Namun, keberlanjutan pengetahuan Mesir wacana logam ini masih belum jelas. Cukup mungkin mereka tidak mengenali adanya platina dalam emas mereka.
Logam ini dipakai oleh bangsa Amerika pra-Kolombia di bersahabat Esmeraldas, Ekuador dikala ini untuk menciptakan artefak berbahan aloy emas putih-platina. Mereka menerapkan sistem metalurgi serbuk yang relatif canggih. Platina yang dipakai dalam obyek-obyek semacam ini bukanlah unsur murni, tetapi merupakan gabungan alami logam-logam golongan platina, dengan sejumlah kecil paladium, rodium, dan iridium.
Penemuan di Eropa
Referensi Eropa pertama wacana platina muncul pada 1557 dalam tulisan-tulisan humanis Italia Julius Caesar Scaliger yang dideskripsikan sebagai logam mulia yang tidak diketahui ditemukan di antara Darién dan Meksiko, "belum ada api maupun kecerdasan Spanyol yang bisa mencairkannya". Sejak inovasi pertama mereka dengan platina, bangsa Spanyol umumnya melihat logam ini sebagai semacam pengotor dalam emas, dan diperlakukan menyerupai itu. Logam itu sering hanya dibuang, dan ada keputusan resmi yang melarang pemalsuan emas dengan pengotor platina.
Pada tahun 1741, Charles Wood, seorang ilmuwan metalurgi berkebangsaan Inggris, menemukan bermacam-macam banyak sekali sampel platina Kolombia di Jamaika, sehingga mengirim William Brownrigg untuk penyelidikan lebih lanjut. Antonio de Ulloa, yang juga berjasa dengan inovasi platina, kembali ke Spanyol dari French Geodesic Mission pada tahun 1746 sehabis berada di lokasi misi selama delapan tahun. Catatan sejarahnya wacana ekspedisi termasuk deskripsi platina sebagai tidak sanggup dipisahkan maupun dikalsinasi. Ulloa juga mengantisipasi inovasi tambang platina. Setelah mempublikasikan penelitiannya pada tahun 1748, Ulloa tidak melanjutkan penyelidikan logam gres tersebut. Pada tahun 1758, ia dikirim untuk memimpin operasi tambang raksa di Huancavelica.
Antonio de Ulloa y de la Torre-Giral (12 Januari 1716 - 3 Juli 1795) yakni seorang jenderal Spanyol dari angkatan laut, penjelajah, ilmuwan, penulis, astronom, direktur kolonial dan gubernur Spanyol pertama di Louisiana. Dia dan seorang rekan Spanyol menemukan unsur platinum dan Ulloa menulis deskripsi ilmiah pertama wacana hal itu.Pada tahun 1750, sehabis meneliti platina yang dikirim oleh Wood, Brownrigg mempresentasikan detail penelitian logam ini kepada Royal Society, dan menyatakan bahwa ia belum melihat penelitian sebelumnya, wacana mineral-mineral yang telah diketahui, yang menyebutkan logam hasil temuannya itu. Brownrigg juga mencatat wacana titik lebur platina yang sangat tinggi. Kimiawan lain seantero Eropa segera mulai meneliti platina, termasuk Andreas Sigismund Marggraf, Torbern Bergman, Jöns Jakob Berzelius, William Lewis, dan Pierre Macquer. Pada tahun 1752, Henrik Scheffer mempublikasikan sebuah deskripsi ilmiah terperinci wacana logam ini, yang ia rujuk sebagai "emas putih", termasuk sebuah penelitian wacana keberhasilannya melebur bijih platina dengan sumbangan arsen. Scheffer menjelaskan platina sebagai logam yang lebih sulit dipotong daripada emas, tetapi mempunyai ketahanan yang sama terhadap korosi.
Upaya pelenturan
Carl von Sickingen meneliti platina lebih mendalam pada tahun 1772. Ia berhasil menciptakan platina lentur dengan memadukannya dengan emas, melarutkan aloy tersebut dengan aqua regia, mengendapkan platina dengan amonium klorida, menyalakan amonium kloroplatinat, dan memalu platina yang terpisah untuk membuatnya menyatu. Franz Karl Achard menciptakan krus platina pertama pada tahun 1784. Ia memakai platina dengan cara meleburnya memakai arsen, kemudian menguapkan arsennya.
Oleh lantaran anggota keluarga platina lainnya belum diketemukan (platina yakni yang pertama), Scheffer dan Sickingen menciptakan perkiraan yang keliru wacana kekerasannya—yang lebih disebabkan oleh besi murni—platina menjadi materi yang relatif keras, bahkan rapuh, ketika kelenturan dan elastisitasnya mendekati emas. Asumsi mereka tidak sanggup dihindari lantaran platina yang dipakai dalam percobaan mereka sangat terkotori dengan unsur-unsur keluarga platina lainnya menyerupai osmium dan iridium, yang menimbulkan aloy platina menjadi rapuh. Perpaduan residu platina tak murni ini, disebut "plyoksen", dengan emas merupakan satu-satunya cara pada dikala itu untuk mendapat senyawa yang lunak, tetapi sekarang, platina dengan tingkat kemurnian tinggi telah tersedia dan kabel yang sangat panjang sanggup dibentuk dari platina murni, sangat gampang lantaran struktur kristalnya yang sama dengan kebanyakan logam lunak lainnya.
Pada tahun 1786, Charles III dari Spanyol menyediakan sebuah perpustakaan dan laboratorium kepada Pierre-François Chabaneau untuk membantu penelitiannya pada platina. Chabaneau berhasil menghilangkan sejumlah ketakmurnian dari bijih, termasuk emas, raksa, timbal, tembaga, dan besi. Ini membuatnya meyakini bahwa ia tengah bekerja dengan sebuat logam tunggal, tetapi pada kenyataannya bijih tersebut masih mengandung logam-logam golongan platina yang belum diketahui. Hal ini menimbulkan hasil percobaannya tidak konsisten. Suatu saat, platina nampak lunak, tetapi ketika dipadu dengan iridium, ia menjadi sangat rapuh. Kadang-kadang logamnya tidak sanggup terbakar, tetapi ketika dipadu dengan osmium, menjadi menguap. Setelah beberapa bulan, Chabaneau berhasil memproduksi 23 kg (50,71 lb) platina murni serta lunak dengan cara memalu dan menekan sponsnya ketika masih putih membara. Chabeneau menyadari platina akan berharga dalam pembuatan banyak sekali obyek, sehingga ia segera memulai bisnis dengan Joaquin Cabezas untuk memproduksi platina ingot dan perkakas platina. Ini merupakan dimulainya "abad platina" di Spanyol.
Pada tahun 2007, Gerhard Ertl memenangkan Nobel Kimia untuk penentuan detail prosedur molekular oksidasi katalitik karbon monoksida memakai platina (sebagai pengubah katalitik).
Sumber: