Nih Ulugh Beg - Pembangun Observatorium Termegah Yang Pernah Dibangun Oleh Para Sarjana Muslim

 Pembangun observatorium termegah yang pernah dibangun oleh para sarjana muslim Nih Ulugh Beg - Pembangun observatorium termegah yang pernah dibangun oleh para sarjana muslim
Observatory Ulugh Beg di Samarkand. Pada masa Ulugh Beg, dinding tersebut dilapisi dengan marmer.
Ulugh Beg (Bahasa Persia: میرزا محمد طارق بن شاہرخ الغ‌بیگ‎ – Mīrzā Muhammad Tāraghay bin Shāhrukh Uluġ Beg) yaitu Sultan Khorasan, jago astronomi dan metematika. Ulugh Beg dilahirkan di Soltaniyah, Iran pada tahun 1394 dan meninggal pada tahun 1449 di Samarkand, Uzbekistan. Untuk menghormati pencapaian sang sultan dalam astronomi, pada 1830 sebuah kawah di Bulan dinamai ìUlugh Beighî oleh astronom Jerman Johann Heinrich von Madler pada peta Bulan buatannya.


Awal Kehidupan

Ulugh Begh, yang berarti ”Penguasa Agung”, pada masanya selain dikenal sebagai raja atau sultan penebar kasih dan perdamaian di Asia Tengah, ia pun menguasai ilmu astronomi dan matematika. Salah satu hasil karyanya yang brilian yaitu ilmu trigonometri dan geometri bentuk bola.

Lahir di Sultaniyeh, Persia (kini Iran) pada tahun 1394, dengan nama Mirza Mohammad Taregh bin Shahrukh. Dia yaitu cucu dari Amir Timur atau yang lebih dikenal sebagai Timur Leng, sang penakluk dan pendiri kekaisaran Timurid di Asia Tengah. Mirza Ulugh Begh yaitu anak tertua dari Shah Rukh, mereka berasal dari suku Mongol Barlas dari Transoxiana (kini Uzbekistan). Sedangkan ibunya seorang aristokrat Goharshad dari Persia.

Semasa anak-anak, Mirza mengembara ke tempat-tempat penting di Timur Tengah dan India bersama kakeknya, Amir Timur, dikala memperluas kekuasaannya di wilayah tersebut. Sepeninggal kakeknya, Mirza kecil menetap di Samarkand yang pada waktu itu menjadi ibukota kerajaan Timurid.

Pada usia 16 tahun, Mirza Mohammad sudah menjadi gubernur di Samarkand (1409). Bahkan pada tahun 1411 ia menjadi penguasa penuh seluruh Mavarannahr (kini Uzbekistan, Tajikistan, dan sebagian Kazakhstan).

Sang penguasa berusia cukup umur ini berhasil mengubah kota Samarkand, menjadi sebuah sentra intelektual bagi kerajaan. Pada 1417-1420 ia pun membangun madrasah (universitas) yang hingga kini masih berdiri megah di Registan Square, Samarkand, Uzbekistan. Kala itu madrasah ini ramai dikunjungi para astronom dan matematikawan Islam untuk belajar. Salah seorang hasil didikan Ulugh Begh yaitu Ghiyath al-Kashi, spesialis matematika terkemuka.

Selain matematika, astronomi yaitu ilmu yang paling menarik minat sang sultan, dan kecintaannya dibuktikan pada tahun 1420, dengan mendirikan sebuah observatorium kolosal, yang ia namai Gurkhani Zij, sebuah observatorium menyerupai Uraniborg buatan Tycho Brahe. Gurkhani berbentuk busur seperempat bulat (kuadran) berukuran raksasa yang melengkung dari ruang bawah tanah hingga menonjol di permukaan tanah.


Sumbangan Ulugh Beg

 Pembangun observatorium termegah yang pernah dibangun oleh para sarjana muslim Nih Ulugh Beg - Pembangun observatorium termegah yang pernah dibangun oleh para sarjana muslim
Observatorium Ulugh Begh
Sesuai dengan minatnya yang sangat besar terhadap ilmu pengetahuan, beliau berdiri kota tersebut menjadi sebuah sentra kebudayaan dan ilmu pengetahuan muslim. Sampai kini bangunan-bangunan dan monumen-monumen peninggalan Ulugh Beg sanggup kita lihat di kota Samarkand. Di sanalah ia menulis lirik-lirik syair, buku-buku sejarah dan mengkaji Qur’an. Meskipun demikian, astronomi dan matematika merupakan bidang utama yang sangat menarik perhatiannya. Ia turun tangan secara pribadi melaksanakan kajian dan pengamatan wacana bintang-bintang. Pada tahun 1420 ia membangun sebuah observatorium di Samarkand untuk mengobservasi planet-planet dan bintang-bintang.

Di observatorium inilah Ulugh Beg dan timnya mewujudkan cinta mereka pada Tuhan dengan sungguh-sungguh bekerja dan beribadah. Dari hasil observasi itu mereka menyiapkan tabel-tabel astronomi matahari, bulan dan planet-planet lain yang telah diamati dengan tingkat kecermatan tinggi, yang akurasinya tidak terlalu jauh berbeda dengan hasil pengamatan astronom modern yang memakai banyak sekali teleskop yang canggih. Dari hasil pengamatan dan perhitungannya ia dan timnya juga mengoreksi perhitungan yang pernah diperbuat astronom-astronom Romawi menyerupai Ptolemeus. Hasil-hasil observasi mereka terhimpun antara lain dalam kitab “Zij-i- Djadid-iSultani”

Selain itu masih banyak kitab-kitab lain yang mereka tulis dalam bahasa Arab. Beberapa hasil karya mereka diterjemahkan oleh astronom-astronom Inggris dan Perancis beberapa ratus tahun kemudian. Hal ini mengatakan bahwa hasil observasi dan perhitungan mereka sangat canggih untuk ukuran zaman itu sehingga datanya masih sangat berkhasiat ratusan tahun kemudian.

Bangunan observatorium Ulugh Beg di Samarkand berwujud sebagai peralatan raksasa yang dirancang sedemikian rupa untuk mengamati bintang-bintang di satu lokasi yang tetap di cakrawala. Interiornya berupa sebuah terowongan kerikil yang cukup lebar dan panjang di mana pangkalnya berada di bawah tanah dan berujung pada alam terbuka beratapkan langit. Di dalamnya dilengkapi dengan 2 (dua) jeruji kerikil yang ditempatkan pada posisi sempurna sehingga memberi hasil yang maksimal dalam menghitung ketinggian jarak bintang-bintang yang diamati secara cermat.

Observatorium Ulugh Beg di Samarkand yang dibangun atas dasar ilmu ide yang dianugerahkan Tuhan terbukti sangat canggih untuk ukuran zaman itu, sehingga peralatan menyerupai ini masih ditiru dan dipakai oleh astronom-astronom Eropa lebih 100 tahun kemudian, diantaranya observatorium Uraniborg (1576) dan observatorium Stierneborg (1584). Tidak hanya dari segi penampilan fisik dan arsitekturnya yang mencontohi observatorium Ulugh Beg melainkan juga dari sisi kualitas dan kuantitas peralatan dan bahkan hingga administrasi operasinya.


Penemun observatorium peninggalan kala ke-15

Tahun 1908, di bawah reruntuhan kota kuno Afrasiyab, Samarkand, Vladimir Viyatkin, seorang arkeolog asal Rusia, terkesima menatap sebuah bentuk bangunan gila menjulang di hadapannya. Dari hasil penggaliannya itu, akibatnya ia sanggup mengenali bangunan itu sebagai sextant atau kuadran berukuran raksasa. Arkeolog amatir itu akibatnya sadar bahwa ia sedang berada di sebuah observatorium peninggalan kala ke-15.

Puing-puing sisa observatorium Islam paling awal ini, yaitu salah satu bukti kecintaan seorang raja pada ilmu pengetahuan khususnya ilmu astronomi. Observatorium luar biasa ini dibangun pada tahun 1420 oleh seorang penguasa Timurid berjulukan Ulugh Begh.


Kesaksian

Sejatinya observatorium pertama di dunia dibangun oleh seorang astronom Yunani berjulukan Hipparchus (150 SM). Namun, di mata jago astronomi muslim kala pertengahan, konsep observatorium yang digagas oleh Hipparcus itu jauh dari memadai. Sebagai ajang pembuktian, para sarjana muslim pun kemudian bekerja sama dalam membangun observatorium yang lebih modern pada zamannya. Sejumlah astronom muslim yang dipimpin Nasir al-Din al-Thusi pun akirnya berhasil membangun observatorium astronomi di Maragha pada 1259 M. Observatorium itu dilengkapi perpustakaan dengan koleksi buku yang mencapai 400 ribu judul.

Seorang jago astronomi Barat, Kevin Krisciunas, dalam tulisannya berjudul 'The Legacy of Ulugh Beg' mengungkapkan bahwa observatorium termegah yang pernah dibangun oleh para sarjana muslim yaitu observatorium Ulugh Beg. Observatorium itu dibangun oleh seorang penguasa keturunan Mongol yang bertahta di Samarkand yang berjulukan lengkap Muhammad Taragai Ulugh Beg (1393-1449). Dia yaitu seorang pejabat yang menaruh perhatian tinggi terhadap ilmu astronomi dan juga ilmu pengetahuan.


Sumber:
- http://id.wikipedia.org/wiki/Ulugh_Beg
- http://en.wikipedia.org/wiki/Ulugh_Beg
- https://chariz-tyo.blogspot.com//search?q=nasiruddin-al-tusi-ilmuwan-muslim-serba-bisa-abad-ke-13
- https://chariz-tyo.blogspot.com//search?q=nasiruddin-al-tusi-ilmuwan-muslim-serba-bisa-abad-ke-13