Nih Abbas Bubuk Firnas - Insan Pertama Yang Terbang Sebelum Wright Bersaudara

Abbas Abu Firnas atau yang mempunyai lengkap Abbas Qasim bin Firnas yaitu ilmuwan serba bisa yang menguasai bermacam-macam disiplin ilmu pengetahuan. Selain dikenal sebagai seorang penerbang perintis yang tangguh, beliau juga yaitu spesialis kimia. Dia dikenal andal dalam banyak sekali disiplin ilmu, selain spesialis kimia, ia juga seorang humanis, penemu, musisi, andal ilmu alam, penulis puisi, dan seorang penggiat teknologi. Pria keturunan Maroko ini hidup pada ketika pemerintahan Khalifah Umayyah di Andalusia (Spanyol).

Abbas Ibn Firnas lahir di Izn-Rand Onda, Andalusia pada tahun 810 M dan menjalani masa kehidupannya di Cordoba. Ilmuwan penemu serba bisa ini meninggal tahun 887 M/274 H. Kita mengenal tokoh-tokoh mirip Sir George Cayley, Otto Lilienthal, Santos-Dumont dan Wright Bersaudara. Merekalah yang dikenal berjasa merintis dunia penerbangan sampai berkembang menjadi menjadi industri modern mirip kini ini. Tapi apakah anda tahu bahwa peletak dasar konsep pesawat terbang pertama yaitu seorang ilmuwan Muslim dari Spanyol, Abbas Ibnu Firnas. Dialah orang pertama dalam sejarah yang melaksanakan pendekatan sains dalam mempelajari proses terbang. Ibnu Firnas pun layak disebut sebagai insan pertama yang terbang, ribuan tahun sebelum Wright Bersaudara berhasil melakukannya.


Penemuan

Terbang Pertama

 atau yang mempunyai lengkap Abbas Qasim bin Firnas yaitu ilmuwan serba bisa yang menguasa Nih Abbas Abu Firnas - Manusia Pertama yang Terbang Sebelum Wright Bersaudara
Patrons karya Abbas ibn Firnas. Sebuah puncak Science yang menelusuri angkasa luar yang menandai kegemilangan zaman al-Andalus. Dari dasar-dasar grafitasi ini ibn Firnas sudah memilih dasar-dasar bagi pembuatan pesawat angkasa, 600 th sebelum Leonardo da Vinci berimaginasi dengan planetariumnya.
Pada tahun 852, di bawah pemerintahan Khalifah Abdul Rahman II, Ibnu Firnas tetapkan untuk melaksanakan ujicoba ‘terbang’ dari menara Masjid Mezquita di Cordoba dengan memakai semacam sayap dari jubah yang disangga kayu. Sayap buatan itu ternyata membuatnya melayang sebentar di udara dan memperlambat jatuhnya, ia pun berhasil mendarat walau dengan cedera ringan. Alat yang digunakan Ibnu Firnas inilah yang lalu dikenal sebagai parasut pertama di dunia.

Keberhasilannya itu tak lantas membuatnya berpuas diri. Dia kembali melaksanakan serangkaian penelitian dan pengembangan konsep serta teori yang ia adopsi dari gejala-gejala alam yang kerap diperhatikannya.

Pada tahun 875, ketika usianya menginjak 65 tahun, Ibnu Firnas merancang dan membuat sebuah mesin terbang yang bisa membawa manusia. Setelah versi finalnya berhasil dibuat, ia sengaja mengundang orang-orang Cordoba untuk turut menyaksikan penerbangan bersejarahnya di Jabal Al-‘Arus (Mount of the Bride) di tempat Rusafa, bersahabat Cordoba.

Penerbangan yang disaksikan secara luas oleh masyarakat itu terbilang sangat sukses. Sayangnya, alasannya yaitu cara meluncur yang kurang baik, Ibnu Firnas terhempas ke tanah bersama pesawat layang buatannya. Dia pun mengalami cedera punggung yang sangat parah. Cederanya inilah yang membuat Ibnu Firnas tak berdaya untuk melaksanakan ujicoba berikutnya.

Kecelakaan itu terjadi alasannya yaitu Ibnu Firnas lalai memperhatikan bagaimana burung memakai ekor mereka untuk mendarat. Dia pun lupa untuk menambahkan ekor pada model pesawat layang buatannya. Kelalaiannya inilah yang mengakibatkan beliau gagal mendaratkan pesawat ciptaannya dengan sempurna.

Cedera punggung yang tak kunjung sembuh mengantarkan Ibnu Firnas pada proyek-proyek penelitian di laboratorium. Seperti biasanya, ia meneliti gejala-gejala alam di antaranya mempelajari prosedur terjadinya halilintar dan kilat, memilih tabel-tabel astronomis, dan merancang jam air yang disebut Al-Maqata. Ibnu Firnas pun berhasil membuatkan formula untuk membuat gelas dari pasir. Juga membuatkan peraga rantai cincin yang digunakan untuk mengatakan pergerakan planet-planet dan bintang-bintang.


Proses pemotongan watu kristal,

Firnas berhasil membuatkan proses pemotongan watu kristal, yang pada ketika itu hanya orang-orang Mesir yang bisa melakukannya. Berkat penemuannya ini, Spanyol ketika itu tidak perlu lagi mengekspor quartz ke Mesir, tapi bisa diselesaikan sendiri di dalam negeri.

Salah satu penemuannya yang terbilang amat penting yaitu pembuatan beling silika serta beling murni tak berwarna. Ibnu Firnas juga dikenal sebagai ilmuwan pertama yang memproduksi beling dari pasir dan batu-batuan. Kejernihan beling atau gelas yang diciptakannya itu mengundang decak kagum penyair Arab, Al-Buhturi (820 M – 897 M).


Atap rumah ibarat bola langit

Dalam bidang ilmiah, ia memusatkan perhatiannya pada bidang ilmu-ilmu niscaya (matematika) dan ilmu alam (fisika). Di antara bukti kecemerlangan otaknya dalam bidang ini yaitu keberhasilannya dalam membuat atap rumahnya yang ibarat bola langit. Hasil karyanya itu juga dilengkapi oleh sebuah perangkat yang bisa mengatakan citra wacana bintang, awan, kilat, dan halilintar di langit sebagaimana aslinya.


Alat pendeteksi waktu

Ia juga pernah membuat alat pendeteksi waktu, yang ia persembahkan khusus untuk Amir Muhammad bin Abdurrahman. Alat ini diberi nama ‘al-Minqalah’ dan sanggup digunakan untuk mengetahui waktu malam dan siang tanpa perlu ada goresan pena atau gambar. Ia juga merupakan orang yang pertama kali menemukan cara pembuatan beling dari batu, dan disebut-sebut sebagai orang yang pertama kali membuat kristal. Selain menemukan banyak sekali teknologi penting dalam dunia penerbangan, Ibnu Firnas juga sukses dalam membuat sebuah jam air yang dikenal dengan sebutan ‘Al-Maqata’. Tidak cuma itu, beliau juga berhasil membuat gelas berwarna. Dalam bidang astronomi, Ibnu Firnas pun bisa membuat semacam rantai cincin untuk menjelaskan teladan gerakan planet dan bintang.


Wafat

Abbas Ibnu Firnas wafat pada tahun 888, dalam keadaan berjuang menyembuhkan cedera punggung yang diderita akhir kegagalan melaksanakan ujicoba pesawat layang buatannya.

Walaupun percobaan terbang memakai sepasang sayap dari bulu dan rangka kayu tidak berhasil dengan sempurna, namun gagasan inovatif Ibnu Firnas lalu dipelajari Roger Bacon 500 tahun sesudah Firnas meletakkan teori-teori dasar pesawat terbangnya. Kemudian sekitar 200 tahun sesudah Bacon (700 tahun pascaujicoba Ibnu Firnas), barulah konsep dan teori pesawat terbang dikembangkan.


Sumber: