Nih Biografi Frederich Silaban - Arsitek Belajar Sendiri Dengan Karya Besar

arsitek generasi awal di negeri Indonesia Nih Biografi Frederich Silaban - Arsitek Otodidak Dengan Karya Besar
Ars. Frederich Silaban yakni seorang opzichter/arsitek generasi awal di negeri Indonesia.

Ia lahir di Bonandolok, Sumatera Utara, pada 16 Desember 1912, anak kelima dari Jonas Silaban (ayah) dan Noria boru Simamora (ibu). Dia merupakan seorang arsitek otodidak. Pendidikan formalnya hanya setingkat STM (Sekolah Teknik Menengah) namun ketekunannya membuahkan beberapa kemenangan sayembara perancangan arsitektur, sehingga dunia profesipun mengakuinya sebagai arsitek. Dan seiring perjalanan waktu, ia populer dengan banyak sekali karya besarnya di dunia arsitektur dan rancang berdiri dimana beberapa hasil karyanya menjadi simbol kebanggaan.

Frederich Silaban telah mendapatkan anugerah Tanda Kehormatan Bintang Jasa Sipil berupa Bintang Jasa Utama dari pemerintah atas prestasinya dalam merancang pembangunan Mesjid Istiqlal.

Frederich Silaban juga merupakan salah satu penandatangan Konsepsi Kebudayaan yang dimuat di Lentera dan lembaran kebudayaan harian Bintang Timur mulai tanggal 16 Maret 1962 yakni sebuah konsepsi kebudayaan untuk mendukung upaya pemerintah untuk memajukan kebudayaan nasional termasuk musik yang diprakarsai oleh Lekra (Lembaga Kebudajaan Rakjat, onderbouw Partai Komunis Indonesia) dan didukung oleh Lembaga Kebudayaan Nasional (onderbouw Partai Nasional Indonesia) dan Lembaga Seni Budaya Indonesia (Lesbi) milik Pesindo.


Pembentukan Ikatan Arsitek Indonesia (IAI) 

arsitek generasi awal di negeri Indonesia Nih Biografi Frederich Silaban - Arsitek Otodidak Dengan Karya BesarSelain itu, Frederich Silaban juga berperan besar dalam pembentukan Ikatan Arsitek Indonesia (IAI). Pada April 1959, Ir. Soehartono Soesilo yang mewakili distributor arsitektur PT Budaya dan Ars. F. Silaban merasa tidak puas atas hasil yang dicapai pada Konperensi Nasional di Jakarta, yakni pembentukan Gabungan Perusahaan Perencanaan dan Pelaksanaan Nasional (GAPERNAS) dimana keduanya beropini bahwa kedudukan "perencana dan perancangan" tidaklah sama dan tidak juga setara dengan "pelaksana".

Mereka beropini pekerjaan perencanaan-perancangan berada di dalam lingkup aktivitas profesional (konsultan), yang mencakupi tanggung jawab sopan santun dan kehormatan perorangan yang terlibat, alasannya itu tidak semata-mata berorientasi sebagai usaha yang mengejar keuntungan (profit oriented). Sebaliknya pekerjaan pelaksanaan (kontraktor) cenderung bersifat bisnis komersial, yang keberhasilannya diukur dengan besarnya keuntungan dan tanggung jawabnya secara yuridis/formal bersifat kelembagaan atau tubuh hukum, bukan perorangan serta terbatas pada sisi finansial.

Akhir kerja keras dua penggagas ini bermuara pada pertemuan besar pertama para arsitek dua generasi di Bandung pada tanggal 16 dan 17 September 1959. pertemuan ini dihadiri 21 orang, tiga orang arsitek senior, yaitu: Ars. Frederich Silaban, Ars. Mohammad Soesilo, Ars. Lim Bwan Tjie dan 18 orang arsitek muda lulusan pertama Jurusan Arsitektur Institut Teknologi Bandung tahun 1958 dan 1959. Dalam pertemuan tersebut dirumuskan tujuan, cita-cita, konsep Anggaran Dasar dan dasar-dasar pendirian persatuan arsitek murni, sebagai yang tertuang dalam dokumen pendiriannya, “Menuju dunia Arsitektur Indonesia yang sehat”. Pada malam yang bersejarah itu resmi berdiri satu-satunya forum tertinggi dalam dunia arsitektur profesional Indonesia dengan nama Ikatan Arsitek Indonesia disingkat IAI.


Kisah dengan Bung Karno & Pembangunan GBK.

arsitek generasi awal di negeri Indonesia Nih Biografi Frederich Silaban - Arsitek Otodidak Dengan Karya Besar
Frederich Silaban dan Soekarno
GBK dibangun dua tahun menjelang Asian Games IV 1962. Jakarta. Soekarno, menyerupai dikutip Harian Merdeka, 1 Maret 1962, menganggap Asian Games sebagai usaha usaha 'nation building'. Yakni meningkatkan taraf hidup rakyat Indonesia sebagai suatu bangsa yang senang dan terhormat di dunia.

Disebutkan jikalau semenjak tahun 1950-an Soekarno memang punya mimpi untuk membangun stadion sepakbola terbesar di dunia. Tapi bukan sembarang stadion yang ia mau. Salah satu syarat yang diminta yakni stadion tersebut mempunyai atap temu gelang (berbentuk melingkar mengelilingi stadion dan bertemu di kedua ujungnya), pekerjaan arsitektur semacam itu dianggap sesuatu yang nyaris tidak mungkin di periode tersebut.

Arsitek kelahiran Sumatera Utara berjulukan Friedrich Silaban hasilnya sanggup mewujudkan mimpi Soekarno.


Meninggal dunia

Frederich Silaban meninggal di Jakarta, pada 14 Mei 1984 pada umur 71 tahun.


Hasil Karya
  • Gedung Universitas Nommensen - Medan (1982)
  • Gelora Bung Karno - Jakarta (1962)
  • Rumah A Lie Hong - Bogor (1968)
  • Monumen Pembebasan Irian Barat - Jakarta (1963)
  • Markas Tentara Nasional Indonesia Angkatan Udara - Jakarta (1962)
  • Gedung Pola - Jakarta (1962)
  • Gedung BNI 1946 - Medan (1962)
  • Menara Bung Karno - Jakarta 1960-1965 (tidak terbangun)
  • Monumen Nasional / Tugu Monas - Jakarta (1960)
  • Gedung BNI 1946 - Jakarta (1960)
  • Gedung BLLD, Bank Indonesia, Jalan Kebon Sirih - Jakarta (1960)
  • Kantor Pusat Bank Indonesia, Jalan Thamrin - Jakarta (1958)
  • Rumah Pribadi Friderich Silaban - Bogor (1958)
  • Masjid Istiqlal - Jakarta (1954), Frederich Silaban memenangkan sayembara pembuatan gambar maket Masjid dengan motto (sandi) "Ketuhanan" yang lalu bertugas menciptakan desain Istiqlal secara keseluruhan. Istiqlal ini juga merupakan masjid terbesar di Asia Tenggara pada tahun 1970-an.
  • Gedung Bentol - Jawa Barat (1954), Gedung ini merupakan bab dari Istana Kepresidenan Cipanas yang terletak di jalur jalan raya puncak, Jawa Barat dan berlokasi tepat di belakang gedung induk dan berdiri di dataran yang lebih dari bangunan-bangunan lain. Gedung yang sering disebut sebagai tempat Soekarno mencari ide dinamakan Gedung Bentol alasannya seluruh dindingnya ditempel watu alam yang menciptakan kesan bentol-bentol.
  • Gerbang Taman Makam Pahlawan Kalibata - Jakarta (1953).
  • Kampus Cibalagung, Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian (STPP)/Sekolah Pertanian Menengah Atas (SPMA) - Bogor (1953), Sekolah pertanian ini telah melahirkan sejumlah tokoh kawakan di banyak sekali bidang. Beberapa di antaranya bahkan pernah menjabat sebagai menteri. Padahal sekolah yang sekarang berumur seabad ini sejatinya "kawah candradimuka" bagi penyuluh dan teknisi di bidang pertanian.
  • Rumah Dinas Walikota - Bogor (1952)
  • Kantor Dinas Perikanan - Bogor (1951)
  • Tugu Khatulistiwa - Pontianak (1938), Tugu ini dibangun pertama kali pada 1928 oleh spesialis geografi berkebangsaan Belanda. Pada 1938 dibangun kembali dan disempurnakan oleh Frederich Silaban. Pada 1990 dibangun duplikatnya dengan ukuran 5 kali lebih besar untuk melindungi tugu khatulistiwa yang asli. Pembangunan yang terakhir diresmikan pada 21 September 1991.
Sumber:
http://id.wikipedia.org/wiki/Frederich_Silaban
http://www.silaban.net/2005/10/08/fr...rah-toleransi/
https://firmanirmansyah.wordpress.com/tag/silaban/
http://sport.detik..com/sepakbola/re...bola-indonesia