Nih Nasiruddin Al-Tusi - Ilmuwan Muslim Serba Dapat Kurun Ke-13
Oberservatorium Maragha karya Al-Tusi [http://en.wikipedia.org/wiki/Maragheh_observatory] |
Awal
Al-Tusi lahir di kota Tus yang terletak di akrab Meshed, Persia sekarang sebelah timurlaut Iran pada 18 Februari 1201 (awal periode ke-13 M). Ia terlahir ketika dunia Islam tengah mengalami masa-masa sulit. Pada era itu, kekuatan militer Mongol yang begitu kuat terus menginvansi wilayah kekuasaan Islam. Satu demi satu, kota-kota Islam dihancurkan dan jatuh ke tangan bangsa Mongol. Dihadapkan pada situasi sulit menyerupai itu, al-Tusi pun tak sanggup mengelak. Al-Tusi tetap mencar ilmu dengan segala keterbatasan yang dihadapi.
Pendidikan
Ayahnya ialah guru pertama baginya. Sejak belia, al-Tusi digembleng ilmu agama oleh sang ayahnya yang berprofesi sebagai spesialis aturan di Sekolah Imam Keduabelas. Selain digembleng ilmu agama di sekolah itu, al-Tusi juga mempelajari bermacam-macam topik ilmu pengetahuan lainnya dari sang paman.
Pengetahuan pelengkap yang diperoleh dari pamannya itu begitu besar lengan berkuasa pada perkembangan intelektual al-Tusi. Pengetahuan pertama yang diperolehnya dari sang paman antara lain; logika, fisika, metafisika. Ia begitu tertarik pada aljabar dan geometri.
Ketika menginjak usia 13 tahun, kondisi keamanan kian tak menentu. Pasukan Mongol dibawah pimpinan Jengis Khan yang berutal dan sadis mulai bergerak cepat dari Cina ke wilayah barat. Sebelum tentara Mongol menghancurkan kota kelahirannya, ia sudah mempelajari dan menguasai bermacam-macam ilmu pengetahuan.
Untuk menimba ilmu lebih banyak lagi, al-Tusi hijrah dari kota kelahirannya ke Nishapur sebuah kota yang berjarak 75 km di sebelah barat Tus. Di kota itulah, sang saintis agung menuntaskan pendidikannya filsafat, kedokteran dan matematika. Dia sungguh beruntung, alasannya bisa mencar ilmu matematika dari Kamaluddin ibn Yunus. Kariernya mulai melejit di Nishapur.
Menjadi pejabat di Istana Ismailiyah
Pada tahun 1220, invasi militer Mongol telah mencapai Tus dan kota kelahiran Nasiruddin pun dihancurkan. Ketika situasi keamanan tak menentu, penguasa Ismailiyah Nasiruddin Abdurrahim mengajak sang ilmuwan itu untuk bergabung. Tawaran itu tak disia-siakannya. Nasiruddin pun bergabung menjadi salah seorang pejabat di Istana Ismailiyah.
Selama mengabdi di istana itu, ia mengisi waktunya untuk menulis bermacam-macam karya yang penting perihal logika, filsafat, matematika serta astronomi. Karya pertamanya ialah kitab Akhlag-i Nasiri yang ditulisnya pada 1232.
Pasukan Mongol yang dipimpin Hulagu Khan cucu Jengis Khan pada tahun 1251 kesudahannya menguasai istana Alamut dan meluluh-lantakannya. Nyawa al-Tusi selamat, alasannya Hulagu ternyata sangat menaruh minat terhadap ilmu pengetahuan. Hulagu yang dikenal bengis dan kejam memperlakukannya dengan penuh hormat. Dia pun diangkat Hulagu menjadi penasihat di bidang ilmu pengetahuan.
Meski telah menjadi penasihat pasukan Mongol, sayangnya al-Tusi tak bisa menghentikan ulah dan kebiadaban Hulagu Khan yang membumihanguskan metropolis intelektual dunia, Baghdad pada tahun 1258. Terlebih, dikala itu Dinasti Abbasiyah berada dalam kekuasaan Khalifah Al-Musta'sim yang lemah. Terbukti, militer Abbasiyah tak bisa membendung gempuran pasukan Mongol.
Meski tak bisa mencegah terjadinya serangan bangsa Mongol, paling tidak Nasiruddin bisa menyelamatkan dirinya dan masih berkesempatan untuk membuatkan ilmu pengetahuan yang dimilikinya. Hulagu sangat besar hati alasannya berhasil menaklukkan Baghdad dan lebih besar hati lagi alasannya ilmuwan terkemuka menyerupai Al-Tusi bisa bergabung bersamanya.
Membangun Observatorium di Malagha
Hulagu juga amat senang, ketika Nasirrudin mengungkapan rencananya untuk membangun Observatorium di Malagha. Saat itu, Hulagu telah mengakibatkan Malagha yang berada di wilayah Azerbaijan sebagai ibu kota pemerintahannya. Pada tahun 1259, al-Tusi pun mulai membangun observatorium yang megah. Jejak dan bekas bangunan observatorium itu masih ada sampai sekarang.
Observatorium Malagha mulai beroperasi pada tahun 1262. Pembangunan dan operasional observatorium itu melibatkan sarjana dari Persia dibantum astronom dari Cina. Tekonologi yang diunakan di observatorium itu terbilang canggih pada zamannya. Beberapa peralatan dan teknologi penguak luar angkasa yang dipakai di observatorium itu ternyata merupakan inovasi Nasiruddin, salah satunya ialah kuadran azimuth.
Selain itu, ia juga membangun perpustakaan di observatorium itu. Koleksi bukunya tebilang lengkap, terdiri dari bermacam-macam ilmu pengetahuan. Di daerah itu, al-Tusi tak cuma membuatkan bidang astronomi saja. Dia pun turut membuatkan matematikan serta filsafat.
Di Observatorium yang dipimpinnya itu, al-Tusi berhasil menciptakan tabel pergerakan planet yang sangat akurat. Kontribusi lainnya yang amat penting bagi perkembangan astronomi ialah kitab Zij-i Ilkhaniyang ditulis dalam bahasa Persia dan kemudian diterjemahkan dalam bahasa Arab. Kitab itu disusun sehabis 12 tahun memimpin obeservatorium Malagha.
Selain itu, al-Tusi juga berhasil menulis kitab terkemuka lainnya berudul Al-Tadhkira fi'ilm Al-hay'a (Memoir Astronomi). Nasiruddin mampul memodifikasi model semesta episiklus Ptolomeus dengan prinsip-prinsip mekanika untuk menjaga keseragaman rotasi benda-benda langit. Ia wafat pada 26 Juni 1274 di Baghdad. Meski begitu, jasa dan kontribusinya dalam pengembangan ilmu pengetahuan masih tetap dikenang. hri
Karya dan Pencapaian Sang Ilmuwan Besar
Selama mendedikasikan hidupnya dalam pengembangan ilmu pengetahuan, Nasiruddin Al-Tusi telah menulis bermacam-macam kitab yang mengupas bermacam ilmu pengetahuan. Di antara kitab yang berhasil ditulisnya itu antara lain; kitab Tajrid-al-'Aqaid, sebuah kajian perihal Ilmu Kalam; serta Al-Tadhkirah fi'ilm al-hay'ah, sebuah memoir perihal ilmu astronomi.
Kitab perihal astronomi yang ditulis Nasiruddin itu banyak menerima komentar dari para pakar astronomi. Komentar-komentar itu dibukukan dalam sebuah buku berjudulSharh al-Tadhkirah (Sebuah Komentar atas Al-Tadhkirah) yang ditulis Abd al-Ali ibn Muhammad ibn al-Husayn al-Birjandi dan Nazzam Nishapuri.
Selain itu, Nasiruddin juga menulis kitab berjudul Akhlaq-i-Nasri yang mengupas perihal etika. Kitab lainnya yang terbilang terkenal ialah Al-Risalah Al-Asturlabiyah (Risalah Astrolabe). Kitab ini mengupas perihal peralatan yang dipakai dalam astronomi. Di bidang astronomi, Nasiruddin juga menulis risalah yang amat populer, yakni Zij-i ilkhani (Ilkhanic Tables). Ia juga menulis Sharh Al-Isharat, sebuah kritik terhadap hasil kerja Ibnu Sina.
Selama tinggal di Nishapur, Nasiruddin mempunyai reputasi yang cemerlang, sebagai ilmuwan yang beda dari yang lain. Pencapaian mengagumkan yang berhasil ditorehkan Nasiruddin dalam bidang matematika ialah pembuatan rumus sinus untuk segitiga, yakni; a / sin A = b / sin B = c / sin C. hri
Kontribusi
Astronomi - Ia menulis bermacam-macam kitab yang mengupas perihal Astronomi. al-Tusi juga membangun observatorium yang bisa menghasilkan tabel pergerakan planet secara akurat. Model sistem plenaterium yang dibuatnya diyakini paling maju pada zamannya. Dia juga berhasil menemukan sebuah teknik geometrik yang dikenal dengan al-Tusi-couple. Sejarah juga mencatat, al-Tusi sebagai astronom pertama yang mengungkapkan bukti observasi empiris perihal rotasi Bumi.
Biologi - Ia juga turut memberi donasi dalam pengembangan ilmu hayat atau biologi. Ia menulis secara luas perihal biologi. Al-Tusi menempatkan dirinya sebagai perintis awal dalam evolusi biologi. Dia memulai teorinya perihal evolusi dengan alam semesta yang terdiri dari elemen-eleman yang sama dan mirip. Menurutnya, pertentangan internal mulai tampak , dan sebagai sebuah hasil, beberapa zat mulai berkembang lebih cepat dan berbeda dengan zat lain.
Dia kemudian menjelaskan bagaimana elemen-elemen berubah menjadi mineral kemudian tanaman, kemudian binatang dan kemudian manusia. Di juga menjelaskan bagaimana variabilitas heriditas merupakan faktor penting dalam evolusi biologi mahluk hidup.
Kimia - Al-Tusi mengungkapkan versi awal perihal aturan kekekalan massa. Inilah salah satu kontribusinya yang paling penting dalam ilmu kimia. Zat dalam badan tak bisa sepenuhnya menghilang. Zat itu hanya mengubah bentuk, kondisi, komposisi, warna dan bentuk lainnya yang berbeda.
Matematika - Selain menghasilkan rumus sinus pada segitiga, al-Tusi juga seorang matematikus pertama yang memisahkan trigonometri sebagai disiplin ilmu yang terpisah dari matematika.
Wafat
Abu Jafar Muhammad ibn Muhammad ibnu al-Hasan Nasiruddin al-Tusi wafat di Baghdad, Irak pada 26 Juni 1274. (Sumber: www.suaramedia.com)